PRODUCTION MANAGER
PM1.
Code: PM1
Gender: Female
Face Claim: Emma Dumont
Place, Date of Birth: Seattle, Washington, United States. 15th November,1994
Age: 20
Job: Production Manager
Sexuality: Straight.
Physical Appearance :
Height : 1.74 m
Weight : 52kgs (less or more.)
Hair Color : Cokelat terang.
Eye Color : Cokelat terang hampir keabu-abuan.
History:
Setiap orang memiliki cita-cita. Meskipun orang itu sendiri masih ragu akan cita-citanya. Termasuk PM1, gadis manis yang dibesarkan di kalangan yang memberinya perhatian dan kasih sayang yang begitu besar merupakan salah satu keuntungan terbesar baginya. Ditambah lagi, kedua orang tua PM1 terus dan terus mendukung putrinya tiap kali gadis itu mengambil keputusan. Sudah sejak ia menginjak umurnya yang kelima, ia selalu menekuni sesuatu demi mengejar cita-citanya.
Dimulai dari…
Melukis,
Bernyanyi,
Membuat puisi,
Hingga pada akhirnya, di umurnya yang kedua belas, kedua orang tuanya mulai merasa kasihan pada putri semata wayangnya yang terus-menerus mengejar cita-cita. Namun ia masih belum dapat menjatuhkan pilihannya. Hingga pada akhirnya, kedua orang tua PM1 menawarkan putri semata wayangnya untuk mengikuti kelas Ballet. Sejak hari itu, PM1 mulai meninggalkan aktivitas-aktivitasnya untuk rutin berlatih tarian ballet. Dimana setiap kalinya, gadis itu memutarkan tubuh rampingnya, sesekali, ia bahkan mendapatkan luka lebam pada kakinya.
Seperti yang pernah dikatakan oleh pelatih balletnya, setiap jerih payah akan berbuah manis. Sama seperti PM1. Di umurnya yang ke enam belas. Ia mengikuti perlombaan tari ballet untuk yang pertama kalinya di ibu kota New York, Washington D.C. Setelah mengikuti latihan selama tiga tahun−atau bahkan, lebih−Akhirnya ia memiliki kesempatan untuk tampil di hadapan banyak orang, di sebuah perlombaan bergengsi yang sudah menjamin kalau kau menang kau akan menjadi Ballerina yang sesungguhnya, dan mulai tur keliling dunia bermodalkan talenta itu.
Semangat dan doa yang diberikan oleh kedua orang tuanya dan keluarga-keluarganya yang lain tidak kunjung menyulut begitu gadis remaja itu tampil di hadapan banyak orang−bahkan, beberapa Ballerina ternama.
“Setiap jerih payah akan berbuah manis.”
Tepat di hari yang bersamaan, beberapa jam setelah gadis itu tampil di hadapan banyak orang. Ia membawa pulang sebuah medal perak, piagam, dan piala yang menunjukkan bahwa gadis itu meraih juara dua dari ratusan peserta lainnya. Disanalah, ia merasa bangga, senang, puas akan kegigihannya selama bertahun-tahun. Dimana yang artinya, gadis itu akan memulai tur keliling dunianya dalam waktu beberapa minggu.
***
Semuanya berjalan begitu lancar untuk enam bulan belakangan, PM1 terus mengikuti berbagai macam perlombaan dengan kelompok Ballerinanya. Dan rasanya sudah sangat biasa untuk tinggal jauh dari kedua orang tua yang biasa memanjakan dirinya, apalagi, dalam kurung waktu dua hari ia bisa terbang ke dua Negara yang berbeda.
Disanalah titik dimana ia merasa hancur menjadi berkeping-keping, dimana ia mulai mengenal alkohol, rokok, bahkan…. Ganja. Untungnya, ia cukup pintar untuk membedakan mana yang layak untuk masuk ke dalam tubuhnya mana yang bukan. Namun tetap saja, tiga botol alkohol dan satu bungkus rokok dalam waktu dua puluh jam? Ia mulai merasa kesepian, jenuh, lelah akan pekerjaannya. Dimana ia diperintah untuk menari, menari, menari dan terus menari.
Hingga beberapa minggu kemudian, tepat ketika ia akan memulai pertunjukkannya di Russia, gadis itu merasa sangat jatuh. Ia tertangkap basah oleh pelatihnya, ia meminum tiga botol alkohol lima menit sebelum pertunjukkan tepat di belakang panggung. Dan di hari itu juga, ia dipulangkan kepada kedua orang tuanya.
Alih-alih kembali kepada kedua orang tuanya, PM1 memutuskan untuk mencari pekerjaan yang mengizinkannya meminum alkohol sepuasnya dan menghirup batang rokok sesukanya. PM1 bukanlah gadis manis yang masih diharapkan kedua orang tuanya, sama sekali bukan. Ia sudah berubah; tidak pernah menghubungi orang tuanya, bahkan… melupakan orang tuanya begitu saja.
Hingga akhirnya ia memutuskan untuk memberanikan dirinya mendaftar sebagai Production Manager di sebuah acara ternama yang akan melakukan tur keliling dunia−tidak berbeda jauh dengan aktivitas sebelumnya, bukan? Dengan tekad yang sama seperti beberapa tahun sebelumnya, ketika ia mendaftar sebagai seorang Ballerina. Kini ia mendaftarkan dirinya sebagai Production Manager. Namun bedanya, kini ia menyelipkan sedikit kebohongan, ia berdusta kepada pihak XFACTOR bahwa ia belum pernah terlibat rokok dan alkohol. Bahwa ia hanyalah seorang Ballerina yang menginginkan suasana baru dalam hidupnya.
Personality:
1. Ambisius. Terlihat jelas dalam setiap tindakan yang ia lakukan, tanpa banyak berpikir gadis itu selalu yakin dengan keputusan yang ia buat. Dan sekali ia menginginkan sesuatu, gadis itu akan melakukan apapun demi kepuasan dalam dirinya.
2. Seorang yang datar. Untuk ukuran seorang Production Manager mungkin saja PM1 adalah tipe orang yang kurang menunjukkan ekspresinya, mengingat akan kisah hidupnya yang tiba-tiba saja berubah drastis. Ia cenderung tidak begitu perhatian sekarang.
3. Selalu berkata jujur−kelewat jujur? Karena PM1 adalah tipe orang yang akan mengutarakan apapun yang ia rasakan demi kenyamanannya sendiri. Tanpa memikirkan perasaan orang lain yang mungkin saja akan berakhir sakit hati akibat ucapannya yang tajam.
4. Ia dapat meminum berbotol-botol alkohol namun tidak mabuk. Namun satu hal yang pasti, dalam botol kedua ia akan mulai kehilangan kesadaran−meskipun belum mabuk.
5. Satu hal yang paling menyebalkan tentang dirinya, ia biasa menghembuskan asap rokok pada orang-orang disekitarnya, entah apa tujuannya. Namun, hal itu adalah salah satu kesenangan untuknya.
6. Benci laki-laki. Ia memang bukan seorang penyuka sesama jenis. Namun PM1 sendiri malas berurusan dengan laki-laki. Yang mana membuatnya menjadi begitu dingin di hadapan laki-laki, siapapun orangnya.
Relationship :
1. Samantha Grace Nicholaus seringkali berdebat dengan PM1. Sifat PM1 yang berbanding terbalik dengannya dan seolah-olah tidak peduli lingkungan sekitar membuat Samantha merasa risih.
2. Travis Balthazaar menjauhi PM1. Penilaian PM1 dari kejauhan menurut Travis lebih baik tidak mencoba untuk didekati, karena jika memang tidak suka dengan lelaki, ya tidak usah dipaksakan.
3. Andrea Skye Johnson menganggap PM1 sebagai seorang teman. Sifat Andrea yang bersahabat dan hangat membuat dia peduli terhadap PM1 yang terlihat menyimpan banyak masalah.
4. Irina Cajska Karelova menjadikan PM1 sebagai teman minumnya. Mengesampingkan segala urusan pekerjaan dan melupakan hal apapun yang membuatnya merasa stress atau tertekan, Irina cukup senang saat minum bersama PM1. Karena pengaruh alkohol membuat PM1 tdak terlalu banyak berbicara dan setidaknya Irina memiliki teman untuk minum.
5. Hazel Hetcherson menjauhi PM1. Sifat dari PM1 sendiri yang suka merokok membuat Hazel terganggu, ditambah lagi, PM1 terlihat seperti pribadi yang tidak sehat. Membuat Hazel enggan berteman dengan perempuan sepertinya.
6. Dominic Vin Ostwald seringkali berdebat dengan PM1. Mungkin karena faktor PM1 yang membenci laki-laki, Dominic menganggapnya seorang lesbian. Dan seringkali menganggungnnya dengan berbagai macam cara berusaha membuat PM1 tidak nyaman maka dari itu mereka seringkali bertengkar mengenai banyak hal. Namun, Dominic tidak peduli dan tetap menganggunya. Justru membuat seseorang emosi, itulah hobonya.
7. Ravenna Marie Swan menjauhi PM1. Merokok itulah yang memicu Raven tak menyukainya. Meningat rokik adalah zat adiktif yang dapat merusak paru-paru. Apalagi jika asapnya mengenai wajah itu lebih berbahaya (perokok pasif) maka dari itu, ia menghindari PM1.
8. Fawcett Avellino Symonds menganggap PM1 sebagai seorang teman. Fawcett suka dengan orang yang ambisius akan keinginannya, sifat PM1 yang kelewat jujur juga menambah respect Fawcett terhadap PM1. Walaupun ia memiliki kebiasaan minum dan merokok, Fawcett maih bisa memberi toleransi.
Status : OPEN / CLOSED / BOOKED.
PM2
Code: PM2
Gender: Male
Face Claim: Jay Baruchel
Place, DoB : Ottawa, Ontario, Canada 9th of April 1990
Age : 25
Job : Production Manager
Sexuality : Straight
Physical Appearance:
- He weighs about 65kg
- He’s 6’0” tall
- He has dark brown hair as well as eyes
- He has a skinny body with slightly pale skin
History:
Since an early age, PM2 had always known what he wanted in life. He wants to be a doctor; the one that heals people and takes away the misery in their lives. He didn’t exactly knew what he had to do in order to achieve his dream, but the ambition showed through the way he always seems to work harder than most of his classmates.
He was always on the top rank of the class, answering questions and eager to learn more from every information he absorbs.
This continued on until he got a scholarship into one of the most prestigious private school that accelerates their students and enables them to graduate by the age of early 17. With the same determination, PM2 applied to a top university majoring in Medical.
And by the age of 21, he graduated as a certified Doctor; getting accepted almost flawlessly into one of the top 10 hospitals in Ontario, Canada.
That’s where he met Marilyn.
Marilyn is a long time patient in the hospital. She suffers schizophrenia; the kind that couldn’t really differentiate between reality and her imagination. She wasn’t PM2’s patient, but she was his friend’s. They talked a few times on the hospital canteen every time Marilyn has an appointment, and then started having lunch every day; sharing stories, creating inside jokes, and possibly being each other’s healer.
It was clear that both are in love with each other; sharing their first kiss when PM2 had the guts to take her out to the cinema.
It flowed easily after that; 10 months of relationship, getting engaged, and then married. Everything seemed like such a fairytale knowing that Marilyn is pregnant; adding their happiness.
But in life, you can’t always be on top.
Marilyn’s pregnancy affected her psychology; her schizophrenia is striking her again as the vivid images of his husband torturing her and hitting her looks real in her mind when in reality she is subconsciously hitting or harming herself. PM2 isn’t aware of the situation, furrowing his eyebrows when he saw a bruise or two on her body before asking what happened. She shrugged it off, saying she’s okay and he doesn’t need to be worried about it.
Marilyn’s friend and family also took notice of the bruises on her body; having suspicion that PM2 is torturing Marilyn and they thought it is proven by how Marilyn nodded with a sob.
Everything went from bad, to worse.
It was 3 am when PM2 woke up to the sound of a loud bang coming from the second floor. He stirs in his sleep, reaching for his wife when he found nothing but a cold empty bed beside him. He stood up, rubbing his tired eyes and going through the living room, the kitchen, before calling out her name. But he got no result. Curious to the loud bang he heard earlier, PM2 went up the stairs and opening the baby room they had prepared; seeing a sight that will haunt him down for the rest of his life.
Marilyn is dead on the floor, her gloves still cladding her hands while a gun is a few feet away from her. The cause of her death is clear by the bullet hole right in the middle of her head. PM2 panicked, picking her up in his arms and sobbing out a scream of terror.
Abrupt knock came, the neighbors hearing the loud gunshot and his scream before deciding to call the police. PM2 didn’t answer them; too busy clutching on his wife for dear sake. The police officer that is with them finally took action and kicked the door open; all of them going upstairs and witnessing PM2 in the crime scene, all bloodied up and hugging his wife. To them, it looked like he was sobbing in regret and in the middle of trying to hide his wife.
He got arrested for a suspect of Marilyn’s murder.
He went to a series of procedures before he was released; having no evidence that could bring him down to jail whatsoever.
Case closed.
PM2 decided to go back to his parent’s house; taking time to heal the emotional hit he’s been through and perhaps starting a new life. His parents took him in. His best friend gave him free of charge counseling sessions. But PM2 never really healed; a part of his brain wants to forget about everything. So he changed his name, he managed to convince himself that he never had a wife named Marilyn, and that he never worked as a doctor.
It somehow changed him; the change of his name that is. It’s like he’s a brand new person.
PM2 took an extra education in the entertainment industry; focusing his lane on organizing events on tours, taking care of stage properties, and making sure everything runs clear and smooth.
He applied to the UXF, leaving his old history behind as they accepted him and let him join the tour.
He is now [new name].
He was never married, he never knew anyone named Marilyn, he never worked as a doctor but instead studied at home and worked as an employer in a local food company, and he has never heard of [old name].
Personality:
- Humorous: PM2 is humorous, he is the one to make jokes and prank people but only the close ones. He loves making people comfortable and making lame jokes in order to make them smile or roll their eyes at his not so funny jokes.
- Serious when needed: on job related things, PM2 is highly focused and serious, showing a bit of his previous personality where he rarely smiles that much and is a hard worker at the hospital. Sometimes, when he’s being serious about something, people say that his expression changed drastically like he’s someone else.
- Stutters or blanks out when he’s nervous: the confidence and intelligence that [old name] has seemed to be thrown out the window as [new name] is now someone who gets nervous a lot when he’s in the middle of the spotlight. He stutters and sometimes even blanks out before snapping back into reality with a stupid grin.
- PM2 seemed to succeed making himself forget about his past; the stress and depression pushing all his memories to be hidden on the back of his head, long forgotten.
- The only thing that could trigger him is if he returns to his hometown, or if someone knows about his past and retells them to him, or watching a thriller movie related to murder all the way through (which is the main thing he avoids).
It’s not like PM2 acts he forget, but his mind just erases most of the memories after the huge depression, which explains why his brain works much slower now.
Relationship:
1. Anna Michelle Rodriguez menganggap PM2 begitu lucu. Sifat PM2 yang humoris sering membuat Anna tertawa dan kadang ia bertingkah menggemaskan. Anna yang mudah tertekan senang berbincang dengannya, karena PM2 dapat menghilangkan bebannya untuk sejenak.
2. Irina Cajska Karelova seringkali mengganggu PM2. Terkadang ketika PM2 melontarkan lelucon yang memang sebenarnya lucu, Irina suka pura-pura merespon hany dengan wajah datar dan seolah itu bukan hal yang lucu demi membuat PM2 merasa nervous karena merasa tidak lucu. Irina juga tak jarang berbicara tentang hal yang membuat pipi PM2 bersemu merah.
3. Hazel Hetcherson menjadikan PM2 sebagai seorang teman. Sifat PM2 yang selalu serius dan berdedikasi tinggi dalam pekerjaannya membuat Hazel senang berteman dengannya dikarenakan mereka sama-sama pekerja keras dan selalu mengutamakan pekerjaan.
4. Foster Sherwood senang mengganggu PM2. Foster yang terkenal sebagai seorang yang humoris sering menggoda PM2 akibat ia terlihat seperti seorang perjaka, dan bagi Foster, itu hal yang lucu. Maka, Foster menggodanya terus. Tidak dari aspek keperjakaannya, PM2 yang mudah tersipu juga mengundang untuk digoda oleh Fotset.
5. Travis Balthazaar menganggap PM2 sebagai seorang teman. Menurutnya, PM2 adalah seorang teman yang baik, dilihat dari dirinya yang memiliki sifat agak lamban dan humoris memang cocok dengan kepribadian Travis yang easygoing.
6. Dominic Vin Ostwald sangat tidak menyukai kebodohan PM2. Sehubungan dengan sifat Dominic yang arogan dan condong pemilih dalam hubungan pertemanan, kemungkinan besar sebenarnya ia iri akan beberapa orang yang menjadi teman PM2 dan berpikir bahwa PM2 itu lucu. Dari situ, ia mengamil kesimpulan bahwa PM2 lemah dan manja. Entah asumsi itu berasal dari nana.
7. Desire Anne Perussette merasa kesal dengan kebodohan PM2. Walaupun PM2 merupakan rekan kerja yang termasuk bisa ia andalkan, dan ia juga nyaman bekerja dengannya. Tetapi rekannya yang merespon agak lamban terkadang membuatnya kesal.
8. Elodie Parris menganggap PM2 begitu lucu. PM2 di mata Elodie merupakan seorang Mikoto Mikoshib di dunia nyata, salah satu karakter anime dari Gekkan Nozaki-kun yang Elodie suka dan pikir menggemaskan karena sifatnya. Wajah PM2 yang mudah memerah ketika dia gugup seringkali mengingatkan Elodie pada Mikoshiba.
Status: OPEN / BOOKED / CLOSED.
Code: PM1
Gender: Female
Face Claim: Emma Dumont
Place, Date of Birth: Seattle, Washington, United States. 15th November,1994
Age: 20
Job: Production Manager
Sexuality: Straight.
Physical Appearance :
Height : 1.74 m
Weight : 52kgs (less or more.)
Hair Color : Cokelat terang.
Eye Color : Cokelat terang hampir keabu-abuan.
History:
Setiap orang memiliki cita-cita. Meskipun orang itu sendiri masih ragu akan cita-citanya. Termasuk PM1, gadis manis yang dibesarkan di kalangan yang memberinya perhatian dan kasih sayang yang begitu besar merupakan salah satu keuntungan terbesar baginya. Ditambah lagi, kedua orang tua PM1 terus dan terus mendukung putrinya tiap kali gadis itu mengambil keputusan. Sudah sejak ia menginjak umurnya yang kelima, ia selalu menekuni sesuatu demi mengejar cita-citanya.
Dimulai dari…
Melukis,
Bernyanyi,
Membuat puisi,
Hingga pada akhirnya, di umurnya yang kedua belas, kedua orang tuanya mulai merasa kasihan pada putri semata wayangnya yang terus-menerus mengejar cita-cita. Namun ia masih belum dapat menjatuhkan pilihannya. Hingga pada akhirnya, kedua orang tua PM1 menawarkan putri semata wayangnya untuk mengikuti kelas Ballet. Sejak hari itu, PM1 mulai meninggalkan aktivitas-aktivitasnya untuk rutin berlatih tarian ballet. Dimana setiap kalinya, gadis itu memutarkan tubuh rampingnya, sesekali, ia bahkan mendapatkan luka lebam pada kakinya.
Seperti yang pernah dikatakan oleh pelatih balletnya, setiap jerih payah akan berbuah manis. Sama seperti PM1. Di umurnya yang ke enam belas. Ia mengikuti perlombaan tari ballet untuk yang pertama kalinya di ibu kota New York, Washington D.C. Setelah mengikuti latihan selama tiga tahun−atau bahkan, lebih−Akhirnya ia memiliki kesempatan untuk tampil di hadapan banyak orang, di sebuah perlombaan bergengsi yang sudah menjamin kalau kau menang kau akan menjadi Ballerina yang sesungguhnya, dan mulai tur keliling dunia bermodalkan talenta itu.
Semangat dan doa yang diberikan oleh kedua orang tuanya dan keluarga-keluarganya yang lain tidak kunjung menyulut begitu gadis remaja itu tampil di hadapan banyak orang−bahkan, beberapa Ballerina ternama.
“Setiap jerih payah akan berbuah manis.”
Tepat di hari yang bersamaan, beberapa jam setelah gadis itu tampil di hadapan banyak orang. Ia membawa pulang sebuah medal perak, piagam, dan piala yang menunjukkan bahwa gadis itu meraih juara dua dari ratusan peserta lainnya. Disanalah, ia merasa bangga, senang, puas akan kegigihannya selama bertahun-tahun. Dimana yang artinya, gadis itu akan memulai tur keliling dunianya dalam waktu beberapa minggu.
***
Semuanya berjalan begitu lancar untuk enam bulan belakangan, PM1 terus mengikuti berbagai macam perlombaan dengan kelompok Ballerinanya. Dan rasanya sudah sangat biasa untuk tinggal jauh dari kedua orang tua yang biasa memanjakan dirinya, apalagi, dalam kurung waktu dua hari ia bisa terbang ke dua Negara yang berbeda.
Disanalah titik dimana ia merasa hancur menjadi berkeping-keping, dimana ia mulai mengenal alkohol, rokok, bahkan…. Ganja. Untungnya, ia cukup pintar untuk membedakan mana yang layak untuk masuk ke dalam tubuhnya mana yang bukan. Namun tetap saja, tiga botol alkohol dan satu bungkus rokok dalam waktu dua puluh jam? Ia mulai merasa kesepian, jenuh, lelah akan pekerjaannya. Dimana ia diperintah untuk menari, menari, menari dan terus menari.
Hingga beberapa minggu kemudian, tepat ketika ia akan memulai pertunjukkannya di Russia, gadis itu merasa sangat jatuh. Ia tertangkap basah oleh pelatihnya, ia meminum tiga botol alkohol lima menit sebelum pertunjukkan tepat di belakang panggung. Dan di hari itu juga, ia dipulangkan kepada kedua orang tuanya.
Alih-alih kembali kepada kedua orang tuanya, PM1 memutuskan untuk mencari pekerjaan yang mengizinkannya meminum alkohol sepuasnya dan menghirup batang rokok sesukanya. PM1 bukanlah gadis manis yang masih diharapkan kedua orang tuanya, sama sekali bukan. Ia sudah berubah; tidak pernah menghubungi orang tuanya, bahkan… melupakan orang tuanya begitu saja.
Hingga akhirnya ia memutuskan untuk memberanikan dirinya mendaftar sebagai Production Manager di sebuah acara ternama yang akan melakukan tur keliling dunia−tidak berbeda jauh dengan aktivitas sebelumnya, bukan? Dengan tekad yang sama seperti beberapa tahun sebelumnya, ketika ia mendaftar sebagai seorang Ballerina. Kini ia mendaftarkan dirinya sebagai Production Manager. Namun bedanya, kini ia menyelipkan sedikit kebohongan, ia berdusta kepada pihak XFACTOR bahwa ia belum pernah terlibat rokok dan alkohol. Bahwa ia hanyalah seorang Ballerina yang menginginkan suasana baru dalam hidupnya.
Personality:
1. Ambisius. Terlihat jelas dalam setiap tindakan yang ia lakukan, tanpa banyak berpikir gadis itu selalu yakin dengan keputusan yang ia buat. Dan sekali ia menginginkan sesuatu, gadis itu akan melakukan apapun demi kepuasan dalam dirinya.
2. Seorang yang datar. Untuk ukuran seorang Production Manager mungkin saja PM1 adalah tipe orang yang kurang menunjukkan ekspresinya, mengingat akan kisah hidupnya yang tiba-tiba saja berubah drastis. Ia cenderung tidak begitu perhatian sekarang.
3. Selalu berkata jujur−kelewat jujur? Karena PM1 adalah tipe orang yang akan mengutarakan apapun yang ia rasakan demi kenyamanannya sendiri. Tanpa memikirkan perasaan orang lain yang mungkin saja akan berakhir sakit hati akibat ucapannya yang tajam.
4. Ia dapat meminum berbotol-botol alkohol namun tidak mabuk. Namun satu hal yang pasti, dalam botol kedua ia akan mulai kehilangan kesadaran−meskipun belum mabuk.
5. Satu hal yang paling menyebalkan tentang dirinya, ia biasa menghembuskan asap rokok pada orang-orang disekitarnya, entah apa tujuannya. Namun, hal itu adalah salah satu kesenangan untuknya.
6. Benci laki-laki. Ia memang bukan seorang penyuka sesama jenis. Namun PM1 sendiri malas berurusan dengan laki-laki. Yang mana membuatnya menjadi begitu dingin di hadapan laki-laki, siapapun orangnya.
Relationship :
1. Samantha Grace Nicholaus seringkali berdebat dengan PM1. Sifat PM1 yang berbanding terbalik dengannya dan seolah-olah tidak peduli lingkungan sekitar membuat Samantha merasa risih.
2. Travis Balthazaar menjauhi PM1. Penilaian PM1 dari kejauhan menurut Travis lebih baik tidak mencoba untuk didekati, karena jika memang tidak suka dengan lelaki, ya tidak usah dipaksakan.
3. Andrea Skye Johnson menganggap PM1 sebagai seorang teman. Sifat Andrea yang bersahabat dan hangat membuat dia peduli terhadap PM1 yang terlihat menyimpan banyak masalah.
4. Irina Cajska Karelova menjadikan PM1 sebagai teman minumnya. Mengesampingkan segala urusan pekerjaan dan melupakan hal apapun yang membuatnya merasa stress atau tertekan, Irina cukup senang saat minum bersama PM1. Karena pengaruh alkohol membuat PM1 tdak terlalu banyak berbicara dan setidaknya Irina memiliki teman untuk minum.
5. Hazel Hetcherson menjauhi PM1. Sifat dari PM1 sendiri yang suka merokok membuat Hazel terganggu, ditambah lagi, PM1 terlihat seperti pribadi yang tidak sehat. Membuat Hazel enggan berteman dengan perempuan sepertinya.
6. Dominic Vin Ostwald seringkali berdebat dengan PM1. Mungkin karena faktor PM1 yang membenci laki-laki, Dominic menganggapnya seorang lesbian. Dan seringkali menganggungnnya dengan berbagai macam cara berusaha membuat PM1 tidak nyaman maka dari itu mereka seringkali bertengkar mengenai banyak hal. Namun, Dominic tidak peduli dan tetap menganggunya. Justru membuat seseorang emosi, itulah hobonya.
7. Ravenna Marie Swan menjauhi PM1. Merokok itulah yang memicu Raven tak menyukainya. Meningat rokik adalah zat adiktif yang dapat merusak paru-paru. Apalagi jika asapnya mengenai wajah itu lebih berbahaya (perokok pasif) maka dari itu, ia menghindari PM1.
8. Fawcett Avellino Symonds menganggap PM1 sebagai seorang teman. Fawcett suka dengan orang yang ambisius akan keinginannya, sifat PM1 yang kelewat jujur juga menambah respect Fawcett terhadap PM1. Walaupun ia memiliki kebiasaan minum dan merokok, Fawcett maih bisa memberi toleransi.
Status : OPEN / CLOSED / BOOKED.
PM2
Code: PM2
Gender: Male
Face Claim: Jay Baruchel
Place, DoB : Ottawa, Ontario, Canada 9th of April 1990
Age : 25
Job : Production Manager
Sexuality : Straight
Physical Appearance:
- He weighs about 65kg
- He’s 6’0” tall
- He has dark brown hair as well as eyes
- He has a skinny body with slightly pale skin
History:
Since an early age, PM2 had always known what he wanted in life. He wants to be a doctor; the one that heals people and takes away the misery in their lives. He didn’t exactly knew what he had to do in order to achieve his dream, but the ambition showed through the way he always seems to work harder than most of his classmates.
He was always on the top rank of the class, answering questions and eager to learn more from every information he absorbs.
This continued on until he got a scholarship into one of the most prestigious private school that accelerates their students and enables them to graduate by the age of early 17. With the same determination, PM2 applied to a top university majoring in Medical.
And by the age of 21, he graduated as a certified Doctor; getting accepted almost flawlessly into one of the top 10 hospitals in Ontario, Canada.
That’s where he met Marilyn.
Marilyn is a long time patient in the hospital. She suffers schizophrenia; the kind that couldn’t really differentiate between reality and her imagination. She wasn’t PM2’s patient, but she was his friend’s. They talked a few times on the hospital canteen every time Marilyn has an appointment, and then started having lunch every day; sharing stories, creating inside jokes, and possibly being each other’s healer.
It was clear that both are in love with each other; sharing their first kiss when PM2 had the guts to take her out to the cinema.
It flowed easily after that; 10 months of relationship, getting engaged, and then married. Everything seemed like such a fairytale knowing that Marilyn is pregnant; adding their happiness.
But in life, you can’t always be on top.
Marilyn’s pregnancy affected her psychology; her schizophrenia is striking her again as the vivid images of his husband torturing her and hitting her looks real in her mind when in reality she is subconsciously hitting or harming herself. PM2 isn’t aware of the situation, furrowing his eyebrows when he saw a bruise or two on her body before asking what happened. She shrugged it off, saying she’s okay and he doesn’t need to be worried about it.
Marilyn’s friend and family also took notice of the bruises on her body; having suspicion that PM2 is torturing Marilyn and they thought it is proven by how Marilyn nodded with a sob.
Everything went from bad, to worse.
It was 3 am when PM2 woke up to the sound of a loud bang coming from the second floor. He stirs in his sleep, reaching for his wife when he found nothing but a cold empty bed beside him. He stood up, rubbing his tired eyes and going through the living room, the kitchen, before calling out her name. But he got no result. Curious to the loud bang he heard earlier, PM2 went up the stairs and opening the baby room they had prepared; seeing a sight that will haunt him down for the rest of his life.
Marilyn is dead on the floor, her gloves still cladding her hands while a gun is a few feet away from her. The cause of her death is clear by the bullet hole right in the middle of her head. PM2 panicked, picking her up in his arms and sobbing out a scream of terror.
Abrupt knock came, the neighbors hearing the loud gunshot and his scream before deciding to call the police. PM2 didn’t answer them; too busy clutching on his wife for dear sake. The police officer that is with them finally took action and kicked the door open; all of them going upstairs and witnessing PM2 in the crime scene, all bloodied up and hugging his wife. To them, it looked like he was sobbing in regret and in the middle of trying to hide his wife.
He got arrested for a suspect of Marilyn’s murder.
He went to a series of procedures before he was released; having no evidence that could bring him down to jail whatsoever.
Case closed.
PM2 decided to go back to his parent’s house; taking time to heal the emotional hit he’s been through and perhaps starting a new life. His parents took him in. His best friend gave him free of charge counseling sessions. But PM2 never really healed; a part of his brain wants to forget about everything. So he changed his name, he managed to convince himself that he never had a wife named Marilyn, and that he never worked as a doctor.
It somehow changed him; the change of his name that is. It’s like he’s a brand new person.
PM2 took an extra education in the entertainment industry; focusing his lane on organizing events on tours, taking care of stage properties, and making sure everything runs clear and smooth.
He applied to the UXF, leaving his old history behind as they accepted him and let him join the tour.
He is now [new name].
He was never married, he never knew anyone named Marilyn, he never worked as a doctor but instead studied at home and worked as an employer in a local food company, and he has never heard of [old name].
Personality:
- Humorous: PM2 is humorous, he is the one to make jokes and prank people but only the close ones. He loves making people comfortable and making lame jokes in order to make them smile or roll their eyes at his not so funny jokes.
- Serious when needed: on job related things, PM2 is highly focused and serious, showing a bit of his previous personality where he rarely smiles that much and is a hard worker at the hospital. Sometimes, when he’s being serious about something, people say that his expression changed drastically like he’s someone else.
- Stutters or blanks out when he’s nervous: the confidence and intelligence that [old name] has seemed to be thrown out the window as [new name] is now someone who gets nervous a lot when he’s in the middle of the spotlight. He stutters and sometimes even blanks out before snapping back into reality with a stupid grin.
- PM2 seemed to succeed making himself forget about his past; the stress and depression pushing all his memories to be hidden on the back of his head, long forgotten.
- The only thing that could trigger him is if he returns to his hometown, or if someone knows about his past and retells them to him, or watching a thriller movie related to murder all the way through (which is the main thing he avoids).
It’s not like PM2 acts he forget, but his mind just erases most of the memories after the huge depression, which explains why his brain works much slower now.
Relationship:
1. Anna Michelle Rodriguez menganggap PM2 begitu lucu. Sifat PM2 yang humoris sering membuat Anna tertawa dan kadang ia bertingkah menggemaskan. Anna yang mudah tertekan senang berbincang dengannya, karena PM2 dapat menghilangkan bebannya untuk sejenak.
2. Irina Cajska Karelova seringkali mengganggu PM2. Terkadang ketika PM2 melontarkan lelucon yang memang sebenarnya lucu, Irina suka pura-pura merespon hany dengan wajah datar dan seolah itu bukan hal yang lucu demi membuat PM2 merasa nervous karena merasa tidak lucu. Irina juga tak jarang berbicara tentang hal yang membuat pipi PM2 bersemu merah.
3. Hazel Hetcherson menjadikan PM2 sebagai seorang teman. Sifat PM2 yang selalu serius dan berdedikasi tinggi dalam pekerjaannya membuat Hazel senang berteman dengannya dikarenakan mereka sama-sama pekerja keras dan selalu mengutamakan pekerjaan.
4. Foster Sherwood senang mengganggu PM2. Foster yang terkenal sebagai seorang yang humoris sering menggoda PM2 akibat ia terlihat seperti seorang perjaka, dan bagi Foster, itu hal yang lucu. Maka, Foster menggodanya terus. Tidak dari aspek keperjakaannya, PM2 yang mudah tersipu juga mengundang untuk digoda oleh Fotset.
5. Travis Balthazaar menganggap PM2 sebagai seorang teman. Menurutnya, PM2 adalah seorang teman yang baik, dilihat dari dirinya yang memiliki sifat agak lamban dan humoris memang cocok dengan kepribadian Travis yang easygoing.
6. Dominic Vin Ostwald sangat tidak menyukai kebodohan PM2. Sehubungan dengan sifat Dominic yang arogan dan condong pemilih dalam hubungan pertemanan, kemungkinan besar sebenarnya ia iri akan beberapa orang yang menjadi teman PM2 dan berpikir bahwa PM2 itu lucu. Dari situ, ia mengamil kesimpulan bahwa PM2 lemah dan manja. Entah asumsi itu berasal dari nana.
7. Desire Anne Perussette merasa kesal dengan kebodohan PM2. Walaupun PM2 merupakan rekan kerja yang termasuk bisa ia andalkan, dan ia juga nyaman bekerja dengannya. Tetapi rekannya yang merespon agak lamban terkadang membuatnya kesal.
8. Elodie Parris menganggap PM2 begitu lucu. PM2 di mata Elodie merupakan seorang Mikoto Mikoshib di dunia nyata, salah satu karakter anime dari Gekkan Nozaki-kun yang Elodie suka dan pikir menggemaskan karena sifatnya. Wajah PM2 yang mudah memerah ketika dia gugup seringkali mengingatkan Elodie pada Mikoshiba.
Status: OPEN / BOOKED / CLOSED.