PAPARAZZI
PP1.
Code : PP1
Gender : Male
Face Claim : Evan Peters / Xavier Samuel
Place, DoB : Chicago, Illinois. September, 23 1993
Age : 21
Job : Paparazzi
Sexuality : Pansexual
Physical Appearance :
· Tinggi 5’10 (180 cm)
· Berat 75-80 kg
· Warna kulit putih pucat
· Warna rambut coklat keemasan / Blonde dyed.
· Warna Mata coklat
History:
Terlahir dari keluarga dari sederhana tidak membuat hidup P1 juga sederhana. Hidup tidak selamanya berjalan mulus, bukan? Sama dengan hidup P1. Semula, hidupnya begitu damai. Ayahnya memang terkenal sebagai seorang paparazzi yang sangat gencar mencari berita. Namun, hal ini lah yang menjadi salah satu masalah di hidup P1.
Hari itu, awalnya berjalan lancar bagi P1. Namun ketika hari semakin siang, ada sebuah berita yang cukup menggemparkan. Berita yang bisa menjatuhkan karir sang ayah. Berita itu berisi sang ayah yang terlibat adu mulut dengan seorang selebritis ternama. Itu karena si selebritis ini enggan menjawab pertanyaan ayah P1. Mereka beragumen hingga sang ayah mengucapkan beberapa kalimat tidak senonoh. Sampai mereka akhirnya berkelahi dan sang ayah melukai selebritis tersebut.
Masalah ini sampai di meja hijau, sang ayah dikenakan hukuman selama beberapa tahun di penjara. Hal ini membuat pendidikan P1 terputus di tengah jalan. Ia tidak sempat lulus SMA, tidak juga masuk peguruan tinggi. Hal ini diakibatkan karena krisis ekonomi yang melanda keluarga P1 semenjak sang kepala keluarga masuk penjara.
Tapi, P1 memiliki keterampilan tersendiri. Yaitu ia pandai menulis. P1 pandai merangkai kata-kata sehingga ia nekat untuk melanjutkan pekerjaan magang yang ia geluti sebelum putus sekolah beberapa tahun yang lalu. Alhasil, ganjaran yang ia dapat adalah, P1 di promosikan untuk menjadi paparazzi. Sama seperti ayahnya.
Namun, di balik semua itu, P1 menyimpan dendam dengan selebritis yang menjebloskan ayahnya ke penjara. Ini mengakibatkan P1 ingin segera mencari berita kotor dari sang selebritis.
Personality:
- Pengorek rahasia. P1 adalah seorang yang pintar mengorek rahasia orang untuk kemudian di jual di publik. Semasa ia bersekolah, P1 dihindari banyak murid karena pemuda ini cukup berbahaya. Rahasiamu di tangan P1? Hati-hati saja.
- Bermulut besar. P1 dikenal dengan pemuda yang bermulut besar. Ia suka membual dan membicarakan orang lain, entah mengapa ia menyukai itu.
- Suka menggoda. Ya, ia suka sekali menggoda lawan jenisnya. Biasanya ia menggunakan taktik ini untuk mengorek rahasia para gadis. Seringkali berhasil. Apalagi ia kadang terkesan memaksa jika sedang menggoda seseorang.
- Tidak pedulian. Memang P1 peduli akan urusan orang lain, namun konteks tidak peduli disini adalah ia tidak peduli pendapat orang lain tentang dirinya. Masa bodo ia dianggap sebagai anak seorang kriminal, toh itu tidak membuatnya mati, bukan?
- Melindungi dan membela orang-orang terdekatnya. Walaupun P1 bisa dibilang bedebah, jika seseorang sudah dekat dengannya dan ia anggap keluarga atau sahabat, P1 akan membela dan melindungi orang itu sebisanya.
Relationship: Doing revenge to SL2.
Status: OPEN / CLOSED / BOOKED.
PP2.
Code : PP2
Gender : Female
Face Claim : Mizuhara Kiko / Jun Hasegawa
Place, DoB : Tokyo, Japan, 22 February 1993
Age : 22
Job : Paparazzi
Sexuality : Straight
History :
Satu kalimat yang menggambarkan seorang [PP2] mungkin adalah tekad kuatnya untuk meraih suatu pencapaian sesuai dengan kemauannya.
“I’m a real bargain, don’t you think? If you don’t take me, I’ll end up going somewhere else.”.
Berlatar belakang Jepang sebagai tempat dimana ia lahir dan dibesarkan, kehidupan gadis berumur 20 tahun ini mungkin terlihat monoton walaupun kenyataannya tidak seperti biasa. Jikalau engkau melihat sekilas dari diri [PP2] pun, pasti akan mengetahui kalau ia adalah gadis yang cukup aneh; walaupun [PP2] sendiri lebih menyukai julukan ‘unik’ atau ‘kelewat menarik’ daripada yang biasa ia terima.
Ayahnya yang seorang warga Jepang asli hanya bekerja pada sebuah toko buku turunan keluarga, sementara almarhumah Ibunya yang bekerbangsaan Amerika adalah seorang mantan paparazzi yang sering keluar Negara. [PP2] senang bermimpi. Segala hal telah keluar masuk dalam imajinasinya yang seluas galaksi. Ia juga selalu menyukai petualangan, mencari tau segala seluk beluk suatu hal hingga ke detail terdalam. Merekam segala sesuatu dengan kelebihan photographic memory yang dimilikinya, yang ia ketahui saat ia begitu bosan menjaga toko buku di sebuah senja. [PP2] hanya berniat untuk melepaskan penat dengan berjalan kaki saat itu. Dan yang dimaksud [PP2] dengan berjalan kaki, adalah mengelilingi Tokyo tanpa bantuan apapun sebagai penunjuk arah, alih alih hanya mengandalkan ingatan yang ada di pikirannya ketika ia melihat lihat peta di tumpukan usang di rumahnya, dimana hal itu yang kemudian ia manfaatkan untuk bekerja paruh waktu sebagai pembuat salah satunya.
Sedikit yang orang orang tau, [PP2] nyatanya adalah gadis yang selalu menuntut akan kasih sayang karena memang jarang ia menerima hal semacam itu di rumahnya. Kakaknya hanya peduli pada dirinya sendiri, Ayahnya yang sakit karena usia tua tentu bukanlah seseorang yang bisa memberinya perhatian sementara Ibunya telah meninggal karena tumor otak yang meradang sejak lama. Usianya 20 tahun kala keinginan kuat akan kebahagiaan dan kebebasan, juga untuk mencari sokongan biaya perawatan Ayahnya akhirnya membawa [PP2] ke Amerika, tempat kelahiran sang Ibu untuk meneruskan jejaknya walaupun ia harus meninggalkan sang Ayah bersama dengan Kakaknya yang baru saja menikah.
[PP2] akhinya memutuskan untuk tinggal di apartemen lama tempat Ibunya tinggal setiap kali beliau pulang ke Amerika walaupun kondisinya sudah terlalu lama tak terpakai. Dalam apartemennya itu, [PP2] menemukan benda benda peninggalan sang Ibu dalam masanya menjadi paparazzi, beberapa koleksi kamera yang sepertinya sudah harus di museum-kan beserta lembaran lembaran foto yang mampu mengalihkan perhatian. Diambilnya sebuah kamera hitam pertama yang menarik mata, yang awalnya hanya akan gadis itu gunakan untuk mencoba membidik seisi ruangan. Hingga sebuah suara familiar yang nyaris serupa angan, berputar putar dalam pikirannya,
“Focus on what important. Capture the good times. Freeze the moment in your hand.”
Suara Ibunya begitu nyata. Terngiang jelas setiap kali [PP2] membidikkan lensa lamanya itu. Dan alih alih ia mencoba menghapus keberadaaannya, gadis itu memutuskan untuk mencoba memperbaiki kamera itu dengan simpanan terakhirnya. Merupakan pilihan yang bisa terbilang nekat karena ia hanya seorang diri di negeri besar itu tanpa kerabat yang bisa ia mintai tolong dan hidupnya kini, bergantung sepenuhnya pada sebuah kamera dengan sosok sang Ibu yang hadir seiring bidikannya.
Gadis itu berjuang, keras. Mempelajari segala teknik tentang dunia paparazzi hingga bisa diterima oleh otaknya. Tidak terkecuali suara suara Ibunya yang selalu muncul, membimbing bagaimana caranya menghasilkan jepretan gambar professional maupun memberi tahu kedatangan berita yang kontroversial. Dan katakanlah, [PP2] adalah tipe orang yang harus mendapatkan apa yang ia mau, sekali ia menyukai pekerjaan itu, ia pasti akan sungguh sungguh hingga bahkan bisa menjadi yang terbaik di kalangannya. Pekerjaan sebagai paparazzi bisa ia raih dalam genggamannya dan tidak butuh waktu lama bagi [PP2] dapat dikatakan sukses di bidang barunya dalam usia yang tergolong muda.
Usianya telah menginjak 22 tahun ketika sebuah pekerjaan baru ditawarkan di meja kerjanya. Dalam bidang sama namun berlatar belakang sebuah acara televisi yang akhir akhir ini memang sangat hits di kalangan masyarakat ramai. [PP2] tidak bosan dengan pekerjaan sebelumnya, hanya saja rasa penasaran dan dorongan dari kehadiran suara Ibunya pun membulatkan tekadnya untuk mengundurkan diri dari perusahaan lama, dan beralih menjadi salah satu pemburu berita di X-Factor World Tour.
Personality :
Unique way of thinking. A bit misunderstood as a weirdo.
[PP2] mempunyai keperibadian unik bahkan dalam caranya mengambil keputusan tiba tiba yang seringkali tidak bisa diterima logika, kentara nekat dan tergesa-gesa.
Talkative and Straightforward.
[PP2] banyak bicara, dan selalu mengatakan apapun yang muncul dalam pikirannya walaupun hal yang tidak sopan sekaligus. Terlalu jujur sehingga sering disalah artikan sebagai frontal. Sesungguhnya kebawelannya adalah salah satu cara untuk menutupi rasa sakitnya.
Impulsive and Demanding
[PP2] cenderung bertindak tanpa berpikir panjang dan biasanya lebih mengutamakan intuisinya yang begitu kuat, walaupun keputusannya seringkali benar dan akurat.
Vivacious attitude
Cepat dan lugas dalam menjalankan suatu hal, termasuk dalam pekerjaannya sebagai Paparazzi. [PP2] biasanya berdiri dalam baris terdepan dalam memburu informasi.
Strongwilled and Hardworking
The type of person who simply doing anything to get what she wants. Dan setiap kali [PP2] menyukai suatu hal, ia akan rela melakukan apa saja untuk pekerjaannya itu.
Caring
[PP2] bisa membuat seseorang lupa dengan kesedihannya which drawn others to her walaupun ia cenderung pintar dalam menyembunyikan perasaan miliknya sendiri.
Relationship :
Status : OPEN / CLOSED / BOOKED.
PP3.
Code: PP3
Gender: Female
Face Claim: Mae Whitman
Place, DoB: Texas, United States, February 7th 1992
Age: 23
Job: Paparazzi
Sexuality: Bisexual
Physical Appearance:
· Height is about 5’1” (155 cm)
· Weighs 115lbs (52 kg), or more.
· Light brown eyes.
· Naturally brunette.
History:
Sepanjang hidup, ada dua hal yang dipercayai PP3.
Hal yang pertama adalah nasib, juga angka keberuntungan. Untuknya, 7 adalah satu-satunya angka yang membawa keberuntungan di hidupnya. Ia lahir tanggal 7, menerima penghargaan pertamanya di usia 7, dan setelah 7 kali mencoba, ia berhasil mendapatkan pekerjaan idamannya. Bukan, paparazzi bukanlah pekerjaan idamannya. Ia lebih suka menjadi komentator, semua diawali dari beberapa blog yang ia buat yang membahas tentang banyak hal, mulai dari fashion, makanan, sampai gaya hidup. Pekerjaan yang disebut tadi adalah menjadi salah satu pembuat artikel yang membahas tentang gaya hidup di sebuah majalah ternama, namun sayang, karirnya tidak berlangsung lama karena seseorang yang lebih ‘sempurna’ datang dan merebut pekerjaannya, tepat pada tanggal 5, angka yang menurutnya berpotensi menjadi angka kesialan.
Hal yang kedua ia percayai adalah kesempurnaan sesungguhnya hanya pembungkus cantik bagi hal yang biasa-biasa saja, atau bahkan buruk. Sejak kecil, keluarganya sering dipandang rendah oleh tetangga depan rumahnya yang, menurut orang-orang, adalah keluarga sempurna. Lalu semasa sekolah, ia sering dianggap kurang sempurna sehingga sering dipandang sebelah mata. Bahkan, sewaktu SMA, hidupnya terasa benar-benar seperti neraka, hanya karena sahabatnya sejak kecil tiba-tiba dianggap sempurna dan menjadi populer, lalu tentu saja meninggalkan PP3 di status sosial yang biasa-biasa saja.
Lalu bagaimana cerita awalnya ia menjadi seorang paparazzi? 2 hari setelah ia diberhentikan dengan tidak hormat dari tempat kerjanya, ia dengan nekat mendatangi kantor majalah lain, yang kebetulan, adalah pesaing majalah tempat kerjanya yang lama. Saat itu, paparazzi sangat dibutuhkan. PP3 dengan semangat mendaftar, berniat untuk mengupas setiap kesempurnaan yang bisa ia liput.
Personality:
· The Outspoken; seseorang yang selalu mempunyai opini di segala hal, selalu mengutarakan opininya dan tanpa lupa, selalu memastikan orang lain mendengar bahkan setuju dengan opininya.
· Kreatif. Terkadang, saking kreatifnya, PP3 mampu mengembangkan berita sederhana menjadi berita yang menggemparkan.
· Orang yang mudah berinteraksi. Dengan kemampuannya ini, PP3 seringkali mendapat informasi dari berbagai sumber dengan mudah.
· Selalu mencari celah di kesempurnaan, bahkan sering berupaya menunjukkan kejelekan dibalik kesempurnaan.
· Lebih sering menilai sesuatu secara subjektif.
· Bukan orang yang religius, namun ia seringkali menggunakan kata-kata di kitab untuk menyerang orang. Atau menggunakan kitabnya secara fisik, jika memang terancam.
Relationship:
Status: OPEN / CLOSED / BOOKED.
PP4.
Code: PP4
Gender: Male
Face Claim: Justin Long
Place, DoB: Fairfield, Connecticut, United States, January 23nd 1993
Age: 23
Job: Paparazzi
Sexuality: Straight
Physical Appearance:
· Brown eyed and haired.
· Height: 5 ft 8 ½ (174 cm)
· Weight: 148 pounds (67 kg)
· Friendly smile
· Thick eyebrows
History:
Sejak dulu, PP4 memang sudah yakin kalau paparazzi adalah pekerjaan yang tepat untuknya.
Kenapa? Sejak SMA, PP4 sudah menyadari kemampuannya untuk mencari berita, atau menelusuri rahasia seseorang, bahkan melihat hal-hal yang orang lain tutupi. Yang ia lakukan hanya memperhatikan orang itu, sampai di bagian terkecil, menanyakan beberapa pertanyaan, dan BAM! Rahasia sudah terungkap.
Namun sayang, kemahirannya itu tidak selalu ia gunakan untuk hal-hal yang baik. Sepanjang SMA, selain mengerjakan tugas sekolah, PP4 punya pekerjaan lain. Bukan kerja paruh waktu di restoran seperti kebanyakan temannya, PP4 memilih untuk melakukan hal yang benar-benar ia kuasai.
PP4 menjual kabar dan berita.
Bukan, bukan dengan cara resmi menggunakan majalah atau kertas yang ditempel di mading. PP4 menjual beritanya secara diam-diam. Awalnya, ia mendengar rumor-rumor yang terjadi di sekitaran sekolahnya. Lalu dengan semangat yang sulit dipatahkan, PP4 mencari tahu kebenaran berita itu, juga menambah beberapa informasi yangberguna, sebelum akhirnya mencari ‘pelanggan’nya dan menjual informasi-informasi itu. Entahlah, banyak juga pelanggannya. Alasan mereka membeli informasi PP4 pun beragam. Ada yang menggunakannya untuk balas dendam, ada yang terpaksa membeli informasi itu agar PP4 tidak menyebarkannya ke seluruh sekolah, dan banyak alasan lain.
Pekerjaannya itu tentu saja beberapa kali membawa petaka. Ia dua kali dihajar oleh beberapa grup yang merasa dirugikan dengan informasi-informasi PP4. Ia juga berkali-kali dipanggil guru, masuk ruang detensi, bahkan mendapat surat peringatan agar segera berhenti.
Namun PP4 tidak pernah merasa bersalah. Toh, apa yang ia informasikan semuanya merupakan kejujuran? Ia hanya member jasa untuk memastikan. Keyakinan itulah yang terus dipegang PP4 sampai ia sedewasa sekarang, dan bekerja sebagai paparazzi.
Personality:
· Ability to get a factual information, and he usually makes all his news a 100% honest. This could be a good news for famous people who actually do good deeds, but an extremely bad news for those who do the opposite.
· If he really, really, really needs money and needs his article to be like a bomb, he added some little lies. Rarely happens though.
· Trick questions master.
· An advanced stalker; he’s sneaky and clever.
· Spontaneous.
· A hopeless romantic.
· Is actually an extremely insecure guy. Sometimes he tries too hard to fit in.
· (Not) surprisingly funny.
· He’s good with words, anagrams and puns are his things.
Relationship:
Status: OPEN / CLOSED / BOOKED.
PP5.
Code : PP5
Gender : Male
Face Claim : Adrian Grenier (the one when he’s younger; curly long haired)
Place, DoB : Santa Fe, New Mexico, USA, 10th of August 1992
Age : 23
Job : Paparazzi
Sexuality : Straight
Physical Appearance:
- He is about 179cm tall
- He weighs 76kg
- His ethnicity is European, Hispanic, native American
- He has black long curly hair
- His eyes are a dark hazel
History:
When PP5 was young, he couldn’t experience what other kids experienced in their childhood. His mother is always there for him to take him to the park and play toy trucks with him; but his father is never home.
PP5’s father is a widely known photographer, who chose to travel from one place to another in order to capture the beauty of the world. He is rarely home to spend time with his son, but instead gave the boy numerous gifts of his snapshots about life as a way of telling his son that he is okay, that he is out there doing something he loves.
It wasn’t a huge shock for PP5’s mother when her husband is announced missing in the mountains in the middle of taking a graphic shot of volcanic ashes. But it doesn’t necessarily mean it didn’t hurt. PP5 is in the middle of eating his pasta when the news came; his innocent eyes had to watch the way his mother crumbles down on the floor as if someone just ripped one of her lungs out, and the way his chubby hands shook as he took out the last picture his father sent him; a rare picture of their family in one candid shot.
PP5 grew to hating photography, thinking that it was the job that killed his father and made his mother suffer. Everytime he saw a camera or photographic scenery of mountains, he’ll cringe and even throw it away, despising it with all his heart.
The house that kept too much memories of her husband pushed PP5’s mother into moving to Burbank California right when PP5 entered high school. PP5’s mother never remarried after that, only focusing on working as a manager in a wedding organizer company.
Then he met MC1.
MC1 is bright bursting red colors on fresh roses in his gloomy mind; she’s the absolute light that made the sun brighter and warm on his skin. They started talking when he first saw her sketching in class, hiding it under the thick algebra book; it just came out to him, blurting out a compliment as the girl smiled sheepishly.
They dated all through high school, their love not even faltering despite the busy hours that took them apart as PP5 continued to a higher education in English literature and MC1 continuing her studies in graphic design.
They’ve been through a lot, loving each other deeply that they know each other’s smallest things; PP5 is the one to comfort MC1 when she wonders where her mother is now, MC1 knows how PP5 is allergic to green vegetables only, how they danced under the shimmering cheap lights in prom, how they first kissed each other, but most of all; how PP5 got down on one knee and proposed to MC1 on her 21st birthday.
They celebrated the proposal, going out to a fancy dinner downtown and planning on announcing it to their closes friends.
But tragedy strikes when a child attempted to take the robot he dropped when he and his mother passed by, PP5 losing control of his car and swiveled it to the side until it hit 1 truck and crashed into a convenient store.
PP5 experienced broken bones and a few stitches, but MC1 lost one of the most crucial thing she owns; their memory.
It took him less than a month to recover, refusing to leave the hospital even for a second as he waits for MC1 to come back from the coma. But what really made him breakdown is the fact that she doesn’t remember him; not even a bit. He thought it was the type of amnesia that could heal in time, but what she experienced is a lifetime sickness; a short term memory loss.
He locked himself from society for a few weeks, thinking everything back and organizing his life back.
When all of the broken bones in his body healed, PP5 knew that his decisions are clear; he has to win his girl back no matter what happens.
So when he heard about MC1 continuing her job in UXF as a merchandise crew, without hesitation PP5 applied to the company as a journalist, being accepted after a long cue when they saw his skills.
Now, every single week, PP5 is always doing his best to create different types of ways to make MC1 fall in love with him, even if it means that she’ll forget about him and their one week love story all over again every Monday.
Personality:
- A persistent hard worker: PP5 is persistent in his work, he always does his best to dig in news as a form of passion in his writing and is never one to give up no matter how hard the situation is.
- Humorous: PP5 likes to joke around and sometimes pull small verbal pranks on people around him. He has a habit of wanting to confuse people through words and saying little white lies to joke around.
- Loyal: despite how hard it is to gain MC1’s memory and love back, PP5 is loyal. When his heart is locked down by someone or something, he never glances at anyone else but to whatever it is that captured his love.
- PP5 is allergic to green vegetables only, if he eats it his face will get swollen and itchy.
Relationship:
Engaged -> their relationship status isn’t clear now but PP5 is still wearing the engagement ring and both MC1’s parents have all agreed to keep the engagement as long as PP5 is okay with it and is willing to stay despite her conditions.
Status : OPEN / CLOSED / BOOKED.
PP6.
Code : PP6
Gender : Male
Face Claim : Nicholas Hoult
Place, DoB : Wokingham, United Kingdom. 7th April 1989
Age : 25
Job : Paparazzi
Sexuality : Gay
Physical Appearance:
- 1.90 m
- 72-80kgs.
- Mata biru terang.
- Rambut cokelat gelap.
- British.
History:
Memiliki otak dan kemampuan yang sangat cerdas sama sekali tidak menjamin pria itu untuk tetap bertahan di universitasnya, Harvard. Sebuah universitas ternama, sebuah universitas yang diidam-idamkan banyak orang. Dan beberapa tahun yang lalu, PP6 dengan mudahnya dapat menembus hingga beberapa tahap. Namun, seperti apa yang diucapkan di awal kalimat, otak dan daya ingatnya yang amat sangat tajam tidak menjamin pria berkepribadian tenang itu untuk tetap bertahan hingga hari kelulusan.
Suatu saat, ketika orang-orang tengah sibuk di laboratorium, kedua bola mata biru cerahnya menangkap dua buah ponsel tepat di sebelah mikroskopnya. Ponselnya memang tidak begitu bagus atau canggih, bahkan, ponsel yang ia miliki di kantungnya dapat dikatakan jauh lebih canggih dibanding kedua ponsel itu. Entah apa yang tengah merasukinya, ia benar-benar menginginkan kedua ponsel itu untuk menjadi miliknya. Hingga pada akhirnya, ia tidak tahan lagi, ia meraih kedua ponsel itu. Membawanya ke rumah. Sampai di rumah, ia termenung. Menatap kedua ponsel itu dengan tatapan kosong. Merasa bersalah akibat ponsel yang ia—curi?
Dimulai dari hari itu, setan yang berada di dalam tubuhnya seakan-akan masih belum puas membuatnya merasa hancur. Ia selalu menginginkan benda-benda yang berada disekitarnya—bahkan, dapat dikatakan bahwa ia sama sekali tidak membutuhkan benda-benda itu. Dan semuanya terasa sama, setiap kali ia membawa pulang benda-benda itu. Ia terus merasa bersalah. Hingga ia memutuskan untuk mengambil beberapa minggu untuk tidak pergi ke universitas, disanalah ia, bergelut sendirian di ruang belajarnya. Sesekali menyalahkan dirinya sendiri.
Sampai ia tidak tahan lagi, ia memutuskan untuk mengunjungi salah satu psikiater yang bekerja di universitas Harvard. Disana ia menumpahkan keluh kesahnya, dan pada saat itu juga, ia dikejutkan oleh kenyataan bahwa pria berotak cerdas itu mengidap Kleptomania. Dimana ia selalu menginginkan benda-benda yang bertebaran di sekitarnya, meskipun ia sendiri sama sekali tidak membutuhkan benda-benda itu.
Psikiater sempat memberikannya beberapa bulan untuk menetap di Harvard. Namun nyatanya, penyakitnya semakin parah. Begitu ia mencuri barang-barang di ruangan kepala sekolah—bahkan hingga ruangan kepala sekolah menjadi kosong melompong. Dan pada saat itu juga, ia dikeluarkan dari Harvard akibat kelakuannya yang sudah kelewat batas. Disana, ia seakan-akan hancur berkeping-keping, kehilangan sekolah yang selama ini ia tekuni akibat penyakit yang entah datang dari mana.
Namun, Harvard tetaplah Harvard, sekolah yang memiliki tanggung jawab atas murid-muridnya, Harvard tahu bahwa PP6 memiliki bakat fotografi yang cukup handal. Maka dari itu, tepat begitu mereka mengeluarkan PP6 dari sekolahnya, mereka mendaftarkan PP6 menjadi salah satu paparazzi di acara yang dapat menjamin kesuksesan PP6. Meskipun Harvard berbuat curang, mereka sama sekali tidak memberi tahu pihak XFACTOR bahwa PP6 mengidap penyakit Kleptomania. Justru Harvard memberitahu XFACTOR bahwa PP6 adalah salah satu murid terbaik di sana—meskipun mereka tidak berbohong di bagian ini.
Personality:
1. Pendiam. Ia memang tidak banyak bicara sejak dulu. Entah apa yang selalu ada di pikirannya namun PP6 adalah seorang kepribadian yang memang tidak suka bicara pada orang lain.
2. Bukan seorang anti sosial. Ia memang pendiam, namun, untuk soal bersosialisasi. Ia adalah seseorang yang memiliki tutur kata yang amat sangat sopan untuk ia gunakan kepada orang-orang di sekitar, meskipun ucapannya terkadang tidak begitu banyak.
3. Kleptomania. Sebuah penyakit yang dengan mudahnya mengubah kehidupan pria bermata biru cerah itu. Dan bahkan, sampai ia memasuki XFACTOR. Tidak satupun orang tahu bahwa ia mengidap penyakit seperti ini, bahkan pada hari pendaftaran ia sudah mencuri lebih dari tujuh macam benda yang berbeda.
4. Sulit mengatur emosi. Bisa saja ia tengah berada di tengah-tengah pekerjaannya, ketika ia sedang mengambil gambar untuk bahan pekerjaannya, dan apabila ia merasa suasana hatinya sedang amat sangat buruk dan ingin sekali mencuri, ia bisa saja runtuh saat itu juga. Menyalahkan dirinya sendiri ataupun melukai dirinya sendiri sebagai distraksi.
Relationship :
*Ps: PB5 tertarik pada PP6 meskipun PP6 tidak tahu menahu soal PB5 sama sekali, melihat wajah PB5 saja ia sama sekali tidak mau, karena ia adalah seorang penyuka sesama jenis.
Status : OPEN / BOOKED / CLOSED.
PP7.
Code: PM1
Gender: Female
Face Claim: Emma Dumont
Place, Date of Birth: Seattle, Washington, United States. 15th November,1994
Age: 20
Job: Production Manager
Sexuality: Straight.
Physical Appearance :
Height : 1.74 m
Weight : 52kgs (less or more.)
Hair Color : Cokelat terang.
Eye Color : Cokelat terang hampir keabu-abuan.
History:
Setiap orang memiliki cita-cita. Meskipun orang itu sendiri masih ragu akan cita-citanya. Termasuk PM1, gadis manis yang dibesarkan di kalangan yang memberinya perhatian dan kasih sayang yang begitu besar merupakan salah satu keuntungan terbesar baginya. Ditambah lagi, kedua orang tua PM1 terus dan terus mendukung putrinya tiap kali gadis itu mengambil keputusan. Sudah sejak ia menginjak umurnya yang kelima, ia selalu menekuni sesuatu demi mengejar cita-citanya.
Dimulai dari…
Melukis,
Bernyanyi,
Membuat puisi,
Hingga pada akhirnya, di umurnya yang kedua belas, kedua orang tuanya mulai merasa kasihan pada putri semata wayangnya yang terus-menerus mengejar cita-cita. Namun ia masih belum dapat menjatuhkan pilihannya. Hingga pada akhirnya, kedua orang tua PM1 menawarkan putri semata wayangnya untuk mengikuti kelas Ballet. Sejak hari itu, PM1 mulai meninggalkan aktivitas-aktivitasnya untuk rutin berlatih tarian ballet. Dimana setiap kalinya, gadis itu memutarkan tubuh rampingnya, sesekali, ia bahkan mendapatkan luka lebam pada kakinya.
Seperti yang pernah dikatakan oleh pelatih balletnya, setiap jerih payah akan berbuah manis. Sama seperti PM1. Di umurnya yang ke enam belas. Ia mengikuti perlombaan tari ballet untuk yang pertama kalinya di ibu kota New York, Washington D.C. Setelah mengikuti latihan selama tiga tahun−atau bahkan, lebih−Akhirnya ia memiliki kesempatan untuk tampil di hadapan banyak orang, di sebuah perlombaan bergengsi yang sudah menjamin kalau kau menang kau akan menjadi Ballerina yang sesungguhnya, dan mulai tur keliling dunia bermodalkan talenta itu.
Semangat dan doa yang diberikan oleh kedua orang tuanya dan keluarga-keluarganya yang lain tidak kunjung menyulut begitu gadis remaja itu tampil di hadapan banyak orang−bahkan, beberapa Ballerina ternama.
“Setiap jerih payah akan berbuah manis.”
Tepat di hari yang bersamaan, beberapa jam setelah gadis itu tampil di hadapan banyak orang. Ia membawa pulang sebuah medal perak, piagam, dan piala yang menunjukkan bahwa gadis itu meraih juara dua dari ratusan peserta lainnya. Disanalah, ia merasa bangga, senang, puas akan kegigihannya selama bertahun-tahun. Dimana yang artinya, gadis itu akan memulai tur keliling dunianya dalam waktu beberapa minggu.
***
Semuanya berjalan begitu lancar untuk enam bulan belakangan, PM1 terus mengikuti berbagai macam perlombaan dengan kelompok Ballerinanya. Dan rasanya sudah sangat biasa untuk tinggal jauh dari kedua orang tua yang biasa memanjakan dirinya, apalagi, dalam kurung waktu dua hari ia bisa terbang ke dua Negara yang berbeda.
Disanalah titik dimana ia merasa hancur menjadi berkeping-keping, dimana ia mulai mengenal alkohol, rokok, bahkan…. Ganja. Untungnya, ia cukup pintar untuk membedakan mana yang layak untuk masuk ke dalam tubuhnya mana yang bukan. Namun tetap saja, tiga botol alkohol dan satu bungkus rokok dalam waktu dua puluh jam? Ia mulai merasa kesepian, jenuh, lelah akan pekerjaannya. Dimana ia diperintah untuk menari, menari, menari dan terus menari.
Hingga beberapa minggu kemudian, tepat ketika ia akan memulai pertunjukkannya di Russia, gadis itu merasa sangat jatuh. Ia tertangkap basah oleh pelatihnya, ia meminum tiga botol alkohol lima menit sebelum pertunjukkan tepat di belakang panggung. Dan di hari itu juga, ia dipulangkan kepada kedua orang tuanya.
Alih-alih kembali kepada kedua orang tuanya, PM1 memutuskan untuk mencari pekerjaan yang mengizinkannya meminum alkohol sepuasnya dan menghirup batang rokok sesukanya. PM1 bukanlah gadis manis yang masih diharapkan kedua orang tuanya, sama sekali bukan. Ia sudah berubah; tidak pernah menghubungi orang tuanya, bahkan… melupakan orang tuanya begitu saja.
Hingga akhirnya ia memutuskan untuk memberanikan dirinya mendaftar sebagai Production Manager di sebuah acara ternama yang akan melakukan tur keliling dunia−tidak berbeda jauh dengan aktivitas sebelumnya, bukan? Dengan tekad yang sama seperti beberapa tahun sebelumnya, ketika ia mendaftar sebagai seorang Ballerina. Kini ia mendaftarkan dirinya sebagai Production Manager. Namun bedanya, kini ia menyelipkan sedikit kebohongan, ia berdusta kepada pihak XFACTOR bahwa ia belum pernah terlibat rokok dan alkohol. Bahwa ia hanyalah seorang Ballerina yang menginginkan suasana baru dalam hidupnya.
Personality:
1. Ambisius. Terlihat jelas dalam setiap tindakan yang ia lakukan, tanpa banyak berpikir gadis itu selalu yakin dengan keputusan yang ia buat. Dan sekali ia menginginkan sesuatu, gadis itu akan melakukan apapun demi kepuasan dalam dirinya.
2. Seorang yang datar. Untuk ukuran seorang Production Manager mungkin saja PM1 adalah tipe orang yang kurang menunjukkan ekspresinya, mengingat akan kisah hidupnya yang tiba-tiba saja berubah drastis. Ia cenderung tidak begitu perhatian sekarang.
3. Selalu berkata jujur−kelewat jujur? Karena PM1 adalah tipe orang yang akan mengutarakan apapun yang ia rasakan demi kenyamanannya sendiri. Tanpa memikirkan perasaan orang lain yang mungkin saja akan berakhir sakit hati akibat ucapannya yang tajam.
4. Ia dapat meminum berbotol-botol alkohol namun tidak mabuk. Namun satu hal yang pasti, dalam botol kedua ia akan mulai kehilangan kesadaran−meskipun belum mabuk.
5. Satu hal yang paling menyebalkan tentang dirinya, ia biasa menghembuskan asap rokok pada orang-orang disekitarnya, entah apa tujuannya. Namun, hal itu adalah salah satu kesenangan untuknya.
6. Benci laki-laki. Ia memang bukan seorang penyuka sesama jenis. Namun PM1 sendiri malas berurusan dengan laki-laki. Yang mana membuatnya menjadi begitu dingin di hadapan laki-laki, siapapun orangnya.
Relationship :
Status : OPEN / CLOSED / BOOKED.
Code : PP1
Gender : Male
Face Claim : Evan Peters / Xavier Samuel
Place, DoB : Chicago, Illinois. September, 23 1993
Age : 21
Job : Paparazzi
Sexuality : Pansexual
Physical Appearance :
· Tinggi 5’10 (180 cm)
· Berat 75-80 kg
· Warna kulit putih pucat
· Warna rambut coklat keemasan / Blonde dyed.
· Warna Mata coklat
History:
Terlahir dari keluarga dari sederhana tidak membuat hidup P1 juga sederhana. Hidup tidak selamanya berjalan mulus, bukan? Sama dengan hidup P1. Semula, hidupnya begitu damai. Ayahnya memang terkenal sebagai seorang paparazzi yang sangat gencar mencari berita. Namun, hal ini lah yang menjadi salah satu masalah di hidup P1.
Hari itu, awalnya berjalan lancar bagi P1. Namun ketika hari semakin siang, ada sebuah berita yang cukup menggemparkan. Berita yang bisa menjatuhkan karir sang ayah. Berita itu berisi sang ayah yang terlibat adu mulut dengan seorang selebritis ternama. Itu karena si selebritis ini enggan menjawab pertanyaan ayah P1. Mereka beragumen hingga sang ayah mengucapkan beberapa kalimat tidak senonoh. Sampai mereka akhirnya berkelahi dan sang ayah melukai selebritis tersebut.
Masalah ini sampai di meja hijau, sang ayah dikenakan hukuman selama beberapa tahun di penjara. Hal ini membuat pendidikan P1 terputus di tengah jalan. Ia tidak sempat lulus SMA, tidak juga masuk peguruan tinggi. Hal ini diakibatkan karena krisis ekonomi yang melanda keluarga P1 semenjak sang kepala keluarga masuk penjara.
Tapi, P1 memiliki keterampilan tersendiri. Yaitu ia pandai menulis. P1 pandai merangkai kata-kata sehingga ia nekat untuk melanjutkan pekerjaan magang yang ia geluti sebelum putus sekolah beberapa tahun yang lalu. Alhasil, ganjaran yang ia dapat adalah, P1 di promosikan untuk menjadi paparazzi. Sama seperti ayahnya.
Namun, di balik semua itu, P1 menyimpan dendam dengan selebritis yang menjebloskan ayahnya ke penjara. Ini mengakibatkan P1 ingin segera mencari berita kotor dari sang selebritis.
Personality:
- Pengorek rahasia. P1 adalah seorang yang pintar mengorek rahasia orang untuk kemudian di jual di publik. Semasa ia bersekolah, P1 dihindari banyak murid karena pemuda ini cukup berbahaya. Rahasiamu di tangan P1? Hati-hati saja.
- Bermulut besar. P1 dikenal dengan pemuda yang bermulut besar. Ia suka membual dan membicarakan orang lain, entah mengapa ia menyukai itu.
- Suka menggoda. Ya, ia suka sekali menggoda lawan jenisnya. Biasanya ia menggunakan taktik ini untuk mengorek rahasia para gadis. Seringkali berhasil. Apalagi ia kadang terkesan memaksa jika sedang menggoda seseorang.
- Tidak pedulian. Memang P1 peduli akan urusan orang lain, namun konteks tidak peduli disini adalah ia tidak peduli pendapat orang lain tentang dirinya. Masa bodo ia dianggap sebagai anak seorang kriminal, toh itu tidak membuatnya mati, bukan?
- Melindungi dan membela orang-orang terdekatnya. Walaupun P1 bisa dibilang bedebah, jika seseorang sudah dekat dengannya dan ia anggap keluarga atau sahabat, P1 akan membela dan melindungi orang itu sebisanya.
Relationship: Doing revenge to SL2.
Status: OPEN / CLOSED / BOOKED.
PP2.
Code : PP2
Gender : Female
Face Claim : Mizuhara Kiko / Jun Hasegawa
Place, DoB : Tokyo, Japan, 22 February 1993
Age : 22
Job : Paparazzi
Sexuality : Straight
History :
Satu kalimat yang menggambarkan seorang [PP2] mungkin adalah tekad kuatnya untuk meraih suatu pencapaian sesuai dengan kemauannya.
“I’m a real bargain, don’t you think? If you don’t take me, I’ll end up going somewhere else.”.
Berlatar belakang Jepang sebagai tempat dimana ia lahir dan dibesarkan, kehidupan gadis berumur 20 tahun ini mungkin terlihat monoton walaupun kenyataannya tidak seperti biasa. Jikalau engkau melihat sekilas dari diri [PP2] pun, pasti akan mengetahui kalau ia adalah gadis yang cukup aneh; walaupun [PP2] sendiri lebih menyukai julukan ‘unik’ atau ‘kelewat menarik’ daripada yang biasa ia terima.
Ayahnya yang seorang warga Jepang asli hanya bekerja pada sebuah toko buku turunan keluarga, sementara almarhumah Ibunya yang bekerbangsaan Amerika adalah seorang mantan paparazzi yang sering keluar Negara. [PP2] senang bermimpi. Segala hal telah keluar masuk dalam imajinasinya yang seluas galaksi. Ia juga selalu menyukai petualangan, mencari tau segala seluk beluk suatu hal hingga ke detail terdalam. Merekam segala sesuatu dengan kelebihan photographic memory yang dimilikinya, yang ia ketahui saat ia begitu bosan menjaga toko buku di sebuah senja. [PP2] hanya berniat untuk melepaskan penat dengan berjalan kaki saat itu. Dan yang dimaksud [PP2] dengan berjalan kaki, adalah mengelilingi Tokyo tanpa bantuan apapun sebagai penunjuk arah, alih alih hanya mengandalkan ingatan yang ada di pikirannya ketika ia melihat lihat peta di tumpukan usang di rumahnya, dimana hal itu yang kemudian ia manfaatkan untuk bekerja paruh waktu sebagai pembuat salah satunya.
Sedikit yang orang orang tau, [PP2] nyatanya adalah gadis yang selalu menuntut akan kasih sayang karena memang jarang ia menerima hal semacam itu di rumahnya. Kakaknya hanya peduli pada dirinya sendiri, Ayahnya yang sakit karena usia tua tentu bukanlah seseorang yang bisa memberinya perhatian sementara Ibunya telah meninggal karena tumor otak yang meradang sejak lama. Usianya 20 tahun kala keinginan kuat akan kebahagiaan dan kebebasan, juga untuk mencari sokongan biaya perawatan Ayahnya akhirnya membawa [PP2] ke Amerika, tempat kelahiran sang Ibu untuk meneruskan jejaknya walaupun ia harus meninggalkan sang Ayah bersama dengan Kakaknya yang baru saja menikah.
[PP2] akhinya memutuskan untuk tinggal di apartemen lama tempat Ibunya tinggal setiap kali beliau pulang ke Amerika walaupun kondisinya sudah terlalu lama tak terpakai. Dalam apartemennya itu, [PP2] menemukan benda benda peninggalan sang Ibu dalam masanya menjadi paparazzi, beberapa koleksi kamera yang sepertinya sudah harus di museum-kan beserta lembaran lembaran foto yang mampu mengalihkan perhatian. Diambilnya sebuah kamera hitam pertama yang menarik mata, yang awalnya hanya akan gadis itu gunakan untuk mencoba membidik seisi ruangan. Hingga sebuah suara familiar yang nyaris serupa angan, berputar putar dalam pikirannya,
“Focus on what important. Capture the good times. Freeze the moment in your hand.”
Suara Ibunya begitu nyata. Terngiang jelas setiap kali [PP2] membidikkan lensa lamanya itu. Dan alih alih ia mencoba menghapus keberadaaannya, gadis itu memutuskan untuk mencoba memperbaiki kamera itu dengan simpanan terakhirnya. Merupakan pilihan yang bisa terbilang nekat karena ia hanya seorang diri di negeri besar itu tanpa kerabat yang bisa ia mintai tolong dan hidupnya kini, bergantung sepenuhnya pada sebuah kamera dengan sosok sang Ibu yang hadir seiring bidikannya.
Gadis itu berjuang, keras. Mempelajari segala teknik tentang dunia paparazzi hingga bisa diterima oleh otaknya. Tidak terkecuali suara suara Ibunya yang selalu muncul, membimbing bagaimana caranya menghasilkan jepretan gambar professional maupun memberi tahu kedatangan berita yang kontroversial. Dan katakanlah, [PP2] adalah tipe orang yang harus mendapatkan apa yang ia mau, sekali ia menyukai pekerjaan itu, ia pasti akan sungguh sungguh hingga bahkan bisa menjadi yang terbaik di kalangannya. Pekerjaan sebagai paparazzi bisa ia raih dalam genggamannya dan tidak butuh waktu lama bagi [PP2] dapat dikatakan sukses di bidang barunya dalam usia yang tergolong muda.
Usianya telah menginjak 22 tahun ketika sebuah pekerjaan baru ditawarkan di meja kerjanya. Dalam bidang sama namun berlatar belakang sebuah acara televisi yang akhir akhir ini memang sangat hits di kalangan masyarakat ramai. [PP2] tidak bosan dengan pekerjaan sebelumnya, hanya saja rasa penasaran dan dorongan dari kehadiran suara Ibunya pun membulatkan tekadnya untuk mengundurkan diri dari perusahaan lama, dan beralih menjadi salah satu pemburu berita di X-Factor World Tour.
Personality :
Unique way of thinking. A bit misunderstood as a weirdo.
[PP2] mempunyai keperibadian unik bahkan dalam caranya mengambil keputusan tiba tiba yang seringkali tidak bisa diterima logika, kentara nekat dan tergesa-gesa.
Talkative and Straightforward.
[PP2] banyak bicara, dan selalu mengatakan apapun yang muncul dalam pikirannya walaupun hal yang tidak sopan sekaligus. Terlalu jujur sehingga sering disalah artikan sebagai frontal. Sesungguhnya kebawelannya adalah salah satu cara untuk menutupi rasa sakitnya.
Impulsive and Demanding
[PP2] cenderung bertindak tanpa berpikir panjang dan biasanya lebih mengutamakan intuisinya yang begitu kuat, walaupun keputusannya seringkali benar dan akurat.
Vivacious attitude
Cepat dan lugas dalam menjalankan suatu hal, termasuk dalam pekerjaannya sebagai Paparazzi. [PP2] biasanya berdiri dalam baris terdepan dalam memburu informasi.
Strongwilled and Hardworking
The type of person who simply doing anything to get what she wants. Dan setiap kali [PP2] menyukai suatu hal, ia akan rela melakukan apa saja untuk pekerjaannya itu.
Caring
[PP2] bisa membuat seseorang lupa dengan kesedihannya which drawn others to her walaupun ia cenderung pintar dalam menyembunyikan perasaan miliknya sendiri.
Relationship :
Status : OPEN / CLOSED / BOOKED.
PP3.
Code: PP3
Gender: Female
Face Claim: Mae Whitman
Place, DoB: Texas, United States, February 7th 1992
Age: 23
Job: Paparazzi
Sexuality: Bisexual
Physical Appearance:
· Height is about 5’1” (155 cm)
· Weighs 115lbs (52 kg), or more.
· Light brown eyes.
· Naturally brunette.
History:
Sepanjang hidup, ada dua hal yang dipercayai PP3.
Hal yang pertama adalah nasib, juga angka keberuntungan. Untuknya, 7 adalah satu-satunya angka yang membawa keberuntungan di hidupnya. Ia lahir tanggal 7, menerima penghargaan pertamanya di usia 7, dan setelah 7 kali mencoba, ia berhasil mendapatkan pekerjaan idamannya. Bukan, paparazzi bukanlah pekerjaan idamannya. Ia lebih suka menjadi komentator, semua diawali dari beberapa blog yang ia buat yang membahas tentang banyak hal, mulai dari fashion, makanan, sampai gaya hidup. Pekerjaan yang disebut tadi adalah menjadi salah satu pembuat artikel yang membahas tentang gaya hidup di sebuah majalah ternama, namun sayang, karirnya tidak berlangsung lama karena seseorang yang lebih ‘sempurna’ datang dan merebut pekerjaannya, tepat pada tanggal 5, angka yang menurutnya berpotensi menjadi angka kesialan.
Hal yang kedua ia percayai adalah kesempurnaan sesungguhnya hanya pembungkus cantik bagi hal yang biasa-biasa saja, atau bahkan buruk. Sejak kecil, keluarganya sering dipandang rendah oleh tetangga depan rumahnya yang, menurut orang-orang, adalah keluarga sempurna. Lalu semasa sekolah, ia sering dianggap kurang sempurna sehingga sering dipandang sebelah mata. Bahkan, sewaktu SMA, hidupnya terasa benar-benar seperti neraka, hanya karena sahabatnya sejak kecil tiba-tiba dianggap sempurna dan menjadi populer, lalu tentu saja meninggalkan PP3 di status sosial yang biasa-biasa saja.
Lalu bagaimana cerita awalnya ia menjadi seorang paparazzi? 2 hari setelah ia diberhentikan dengan tidak hormat dari tempat kerjanya, ia dengan nekat mendatangi kantor majalah lain, yang kebetulan, adalah pesaing majalah tempat kerjanya yang lama. Saat itu, paparazzi sangat dibutuhkan. PP3 dengan semangat mendaftar, berniat untuk mengupas setiap kesempurnaan yang bisa ia liput.
Personality:
· The Outspoken; seseorang yang selalu mempunyai opini di segala hal, selalu mengutarakan opininya dan tanpa lupa, selalu memastikan orang lain mendengar bahkan setuju dengan opininya.
· Kreatif. Terkadang, saking kreatifnya, PP3 mampu mengembangkan berita sederhana menjadi berita yang menggemparkan.
· Orang yang mudah berinteraksi. Dengan kemampuannya ini, PP3 seringkali mendapat informasi dari berbagai sumber dengan mudah.
· Selalu mencari celah di kesempurnaan, bahkan sering berupaya menunjukkan kejelekan dibalik kesempurnaan.
· Lebih sering menilai sesuatu secara subjektif.
· Bukan orang yang religius, namun ia seringkali menggunakan kata-kata di kitab untuk menyerang orang. Atau menggunakan kitabnya secara fisik, jika memang terancam.
Relationship:
Status: OPEN / CLOSED / BOOKED.
PP4.
Code: PP4
Gender: Male
Face Claim: Justin Long
Place, DoB: Fairfield, Connecticut, United States, January 23nd 1993
Age: 23
Job: Paparazzi
Sexuality: Straight
Physical Appearance:
· Brown eyed and haired.
· Height: 5 ft 8 ½ (174 cm)
· Weight: 148 pounds (67 kg)
· Friendly smile
· Thick eyebrows
History:
Sejak dulu, PP4 memang sudah yakin kalau paparazzi adalah pekerjaan yang tepat untuknya.
Kenapa? Sejak SMA, PP4 sudah menyadari kemampuannya untuk mencari berita, atau menelusuri rahasia seseorang, bahkan melihat hal-hal yang orang lain tutupi. Yang ia lakukan hanya memperhatikan orang itu, sampai di bagian terkecil, menanyakan beberapa pertanyaan, dan BAM! Rahasia sudah terungkap.
Namun sayang, kemahirannya itu tidak selalu ia gunakan untuk hal-hal yang baik. Sepanjang SMA, selain mengerjakan tugas sekolah, PP4 punya pekerjaan lain. Bukan kerja paruh waktu di restoran seperti kebanyakan temannya, PP4 memilih untuk melakukan hal yang benar-benar ia kuasai.
PP4 menjual kabar dan berita.
Bukan, bukan dengan cara resmi menggunakan majalah atau kertas yang ditempel di mading. PP4 menjual beritanya secara diam-diam. Awalnya, ia mendengar rumor-rumor yang terjadi di sekitaran sekolahnya. Lalu dengan semangat yang sulit dipatahkan, PP4 mencari tahu kebenaran berita itu, juga menambah beberapa informasi yangberguna, sebelum akhirnya mencari ‘pelanggan’nya dan menjual informasi-informasi itu. Entahlah, banyak juga pelanggannya. Alasan mereka membeli informasi PP4 pun beragam. Ada yang menggunakannya untuk balas dendam, ada yang terpaksa membeli informasi itu agar PP4 tidak menyebarkannya ke seluruh sekolah, dan banyak alasan lain.
Pekerjaannya itu tentu saja beberapa kali membawa petaka. Ia dua kali dihajar oleh beberapa grup yang merasa dirugikan dengan informasi-informasi PP4. Ia juga berkali-kali dipanggil guru, masuk ruang detensi, bahkan mendapat surat peringatan agar segera berhenti.
Namun PP4 tidak pernah merasa bersalah. Toh, apa yang ia informasikan semuanya merupakan kejujuran? Ia hanya member jasa untuk memastikan. Keyakinan itulah yang terus dipegang PP4 sampai ia sedewasa sekarang, dan bekerja sebagai paparazzi.
Personality:
· Ability to get a factual information, and he usually makes all his news a 100% honest. This could be a good news for famous people who actually do good deeds, but an extremely bad news for those who do the opposite.
· If he really, really, really needs money and needs his article to be like a bomb, he added some little lies. Rarely happens though.
· Trick questions master.
· An advanced stalker; he’s sneaky and clever.
· Spontaneous.
· A hopeless romantic.
· Is actually an extremely insecure guy. Sometimes he tries too hard to fit in.
· (Not) surprisingly funny.
· He’s good with words, anagrams and puns are his things.
Relationship:
Status: OPEN / CLOSED / BOOKED.
PP5.
Code : PP5
Gender : Male
Face Claim : Adrian Grenier (the one when he’s younger; curly long haired)
Place, DoB : Santa Fe, New Mexico, USA, 10th of August 1992
Age : 23
Job : Paparazzi
Sexuality : Straight
Physical Appearance:
- He is about 179cm tall
- He weighs 76kg
- His ethnicity is European, Hispanic, native American
- He has black long curly hair
- His eyes are a dark hazel
History:
When PP5 was young, he couldn’t experience what other kids experienced in their childhood. His mother is always there for him to take him to the park and play toy trucks with him; but his father is never home.
PP5’s father is a widely known photographer, who chose to travel from one place to another in order to capture the beauty of the world. He is rarely home to spend time with his son, but instead gave the boy numerous gifts of his snapshots about life as a way of telling his son that he is okay, that he is out there doing something he loves.
It wasn’t a huge shock for PP5’s mother when her husband is announced missing in the mountains in the middle of taking a graphic shot of volcanic ashes. But it doesn’t necessarily mean it didn’t hurt. PP5 is in the middle of eating his pasta when the news came; his innocent eyes had to watch the way his mother crumbles down on the floor as if someone just ripped one of her lungs out, and the way his chubby hands shook as he took out the last picture his father sent him; a rare picture of their family in one candid shot.
PP5 grew to hating photography, thinking that it was the job that killed his father and made his mother suffer. Everytime he saw a camera or photographic scenery of mountains, he’ll cringe and even throw it away, despising it with all his heart.
The house that kept too much memories of her husband pushed PP5’s mother into moving to Burbank California right when PP5 entered high school. PP5’s mother never remarried after that, only focusing on working as a manager in a wedding organizer company.
Then he met MC1.
MC1 is bright bursting red colors on fresh roses in his gloomy mind; she’s the absolute light that made the sun brighter and warm on his skin. They started talking when he first saw her sketching in class, hiding it under the thick algebra book; it just came out to him, blurting out a compliment as the girl smiled sheepishly.
They dated all through high school, their love not even faltering despite the busy hours that took them apart as PP5 continued to a higher education in English literature and MC1 continuing her studies in graphic design.
They’ve been through a lot, loving each other deeply that they know each other’s smallest things; PP5 is the one to comfort MC1 when she wonders where her mother is now, MC1 knows how PP5 is allergic to green vegetables only, how they danced under the shimmering cheap lights in prom, how they first kissed each other, but most of all; how PP5 got down on one knee and proposed to MC1 on her 21st birthday.
They celebrated the proposal, going out to a fancy dinner downtown and planning on announcing it to their closes friends.
But tragedy strikes when a child attempted to take the robot he dropped when he and his mother passed by, PP5 losing control of his car and swiveled it to the side until it hit 1 truck and crashed into a convenient store.
PP5 experienced broken bones and a few stitches, but MC1 lost one of the most crucial thing she owns; their memory.
It took him less than a month to recover, refusing to leave the hospital even for a second as he waits for MC1 to come back from the coma. But what really made him breakdown is the fact that she doesn’t remember him; not even a bit. He thought it was the type of amnesia that could heal in time, but what she experienced is a lifetime sickness; a short term memory loss.
He locked himself from society for a few weeks, thinking everything back and organizing his life back.
When all of the broken bones in his body healed, PP5 knew that his decisions are clear; he has to win his girl back no matter what happens.
So when he heard about MC1 continuing her job in UXF as a merchandise crew, without hesitation PP5 applied to the company as a journalist, being accepted after a long cue when they saw his skills.
Now, every single week, PP5 is always doing his best to create different types of ways to make MC1 fall in love with him, even if it means that she’ll forget about him and their one week love story all over again every Monday.
Personality:
- A persistent hard worker: PP5 is persistent in his work, he always does his best to dig in news as a form of passion in his writing and is never one to give up no matter how hard the situation is.
- Humorous: PP5 likes to joke around and sometimes pull small verbal pranks on people around him. He has a habit of wanting to confuse people through words and saying little white lies to joke around.
- Loyal: despite how hard it is to gain MC1’s memory and love back, PP5 is loyal. When his heart is locked down by someone or something, he never glances at anyone else but to whatever it is that captured his love.
- PP5 is allergic to green vegetables only, if he eats it his face will get swollen and itchy.
Relationship:
Engaged -> their relationship status isn’t clear now but PP5 is still wearing the engagement ring and both MC1’s parents have all agreed to keep the engagement as long as PP5 is okay with it and is willing to stay despite her conditions.
Status : OPEN / CLOSED / BOOKED.
PP6.
Code : PP6
Gender : Male
Face Claim : Nicholas Hoult
Place, DoB : Wokingham, United Kingdom. 7th April 1989
Age : 25
Job : Paparazzi
Sexuality : Gay
Physical Appearance:
- 1.90 m
- 72-80kgs.
- Mata biru terang.
- Rambut cokelat gelap.
- British.
History:
Memiliki otak dan kemampuan yang sangat cerdas sama sekali tidak menjamin pria itu untuk tetap bertahan di universitasnya, Harvard. Sebuah universitas ternama, sebuah universitas yang diidam-idamkan banyak orang. Dan beberapa tahun yang lalu, PP6 dengan mudahnya dapat menembus hingga beberapa tahap. Namun, seperti apa yang diucapkan di awal kalimat, otak dan daya ingatnya yang amat sangat tajam tidak menjamin pria berkepribadian tenang itu untuk tetap bertahan hingga hari kelulusan.
Suatu saat, ketika orang-orang tengah sibuk di laboratorium, kedua bola mata biru cerahnya menangkap dua buah ponsel tepat di sebelah mikroskopnya. Ponselnya memang tidak begitu bagus atau canggih, bahkan, ponsel yang ia miliki di kantungnya dapat dikatakan jauh lebih canggih dibanding kedua ponsel itu. Entah apa yang tengah merasukinya, ia benar-benar menginginkan kedua ponsel itu untuk menjadi miliknya. Hingga pada akhirnya, ia tidak tahan lagi, ia meraih kedua ponsel itu. Membawanya ke rumah. Sampai di rumah, ia termenung. Menatap kedua ponsel itu dengan tatapan kosong. Merasa bersalah akibat ponsel yang ia—curi?
Dimulai dari hari itu, setan yang berada di dalam tubuhnya seakan-akan masih belum puas membuatnya merasa hancur. Ia selalu menginginkan benda-benda yang berada disekitarnya—bahkan, dapat dikatakan bahwa ia sama sekali tidak membutuhkan benda-benda itu. Dan semuanya terasa sama, setiap kali ia membawa pulang benda-benda itu. Ia terus merasa bersalah. Hingga ia memutuskan untuk mengambil beberapa minggu untuk tidak pergi ke universitas, disanalah ia, bergelut sendirian di ruang belajarnya. Sesekali menyalahkan dirinya sendiri.
Sampai ia tidak tahan lagi, ia memutuskan untuk mengunjungi salah satu psikiater yang bekerja di universitas Harvard. Disana ia menumpahkan keluh kesahnya, dan pada saat itu juga, ia dikejutkan oleh kenyataan bahwa pria berotak cerdas itu mengidap Kleptomania. Dimana ia selalu menginginkan benda-benda yang bertebaran di sekitarnya, meskipun ia sendiri sama sekali tidak membutuhkan benda-benda itu.
Psikiater sempat memberikannya beberapa bulan untuk menetap di Harvard. Namun nyatanya, penyakitnya semakin parah. Begitu ia mencuri barang-barang di ruangan kepala sekolah—bahkan hingga ruangan kepala sekolah menjadi kosong melompong. Dan pada saat itu juga, ia dikeluarkan dari Harvard akibat kelakuannya yang sudah kelewat batas. Disana, ia seakan-akan hancur berkeping-keping, kehilangan sekolah yang selama ini ia tekuni akibat penyakit yang entah datang dari mana.
Namun, Harvard tetaplah Harvard, sekolah yang memiliki tanggung jawab atas murid-muridnya, Harvard tahu bahwa PP6 memiliki bakat fotografi yang cukup handal. Maka dari itu, tepat begitu mereka mengeluarkan PP6 dari sekolahnya, mereka mendaftarkan PP6 menjadi salah satu paparazzi di acara yang dapat menjamin kesuksesan PP6. Meskipun Harvard berbuat curang, mereka sama sekali tidak memberi tahu pihak XFACTOR bahwa PP6 mengidap penyakit Kleptomania. Justru Harvard memberitahu XFACTOR bahwa PP6 adalah salah satu murid terbaik di sana—meskipun mereka tidak berbohong di bagian ini.
Personality:
1. Pendiam. Ia memang tidak banyak bicara sejak dulu. Entah apa yang selalu ada di pikirannya namun PP6 adalah seorang kepribadian yang memang tidak suka bicara pada orang lain.
2. Bukan seorang anti sosial. Ia memang pendiam, namun, untuk soal bersosialisasi. Ia adalah seseorang yang memiliki tutur kata yang amat sangat sopan untuk ia gunakan kepada orang-orang di sekitar, meskipun ucapannya terkadang tidak begitu banyak.
3. Kleptomania. Sebuah penyakit yang dengan mudahnya mengubah kehidupan pria bermata biru cerah itu. Dan bahkan, sampai ia memasuki XFACTOR. Tidak satupun orang tahu bahwa ia mengidap penyakit seperti ini, bahkan pada hari pendaftaran ia sudah mencuri lebih dari tujuh macam benda yang berbeda.
4. Sulit mengatur emosi. Bisa saja ia tengah berada di tengah-tengah pekerjaannya, ketika ia sedang mengambil gambar untuk bahan pekerjaannya, dan apabila ia merasa suasana hatinya sedang amat sangat buruk dan ingin sekali mencuri, ia bisa saja runtuh saat itu juga. Menyalahkan dirinya sendiri ataupun melukai dirinya sendiri sebagai distraksi.
Relationship :
*Ps: PB5 tertarik pada PP6 meskipun PP6 tidak tahu menahu soal PB5 sama sekali, melihat wajah PB5 saja ia sama sekali tidak mau, karena ia adalah seorang penyuka sesama jenis.
Status : OPEN / BOOKED / CLOSED.
PP7.
Code: PM1
Gender: Female
Face Claim: Emma Dumont
Place, Date of Birth: Seattle, Washington, United States. 15th November,1994
Age: 20
Job: Production Manager
Sexuality: Straight.
Physical Appearance :
Height : 1.74 m
Weight : 52kgs (less or more.)
Hair Color : Cokelat terang.
Eye Color : Cokelat terang hampir keabu-abuan.
History:
Setiap orang memiliki cita-cita. Meskipun orang itu sendiri masih ragu akan cita-citanya. Termasuk PM1, gadis manis yang dibesarkan di kalangan yang memberinya perhatian dan kasih sayang yang begitu besar merupakan salah satu keuntungan terbesar baginya. Ditambah lagi, kedua orang tua PM1 terus dan terus mendukung putrinya tiap kali gadis itu mengambil keputusan. Sudah sejak ia menginjak umurnya yang kelima, ia selalu menekuni sesuatu demi mengejar cita-citanya.
Dimulai dari…
Melukis,
Bernyanyi,
Membuat puisi,
Hingga pada akhirnya, di umurnya yang kedua belas, kedua orang tuanya mulai merasa kasihan pada putri semata wayangnya yang terus-menerus mengejar cita-cita. Namun ia masih belum dapat menjatuhkan pilihannya. Hingga pada akhirnya, kedua orang tua PM1 menawarkan putri semata wayangnya untuk mengikuti kelas Ballet. Sejak hari itu, PM1 mulai meninggalkan aktivitas-aktivitasnya untuk rutin berlatih tarian ballet. Dimana setiap kalinya, gadis itu memutarkan tubuh rampingnya, sesekali, ia bahkan mendapatkan luka lebam pada kakinya.
Seperti yang pernah dikatakan oleh pelatih balletnya, setiap jerih payah akan berbuah manis. Sama seperti PM1. Di umurnya yang ke enam belas. Ia mengikuti perlombaan tari ballet untuk yang pertama kalinya di ibu kota New York, Washington D.C. Setelah mengikuti latihan selama tiga tahun−atau bahkan, lebih−Akhirnya ia memiliki kesempatan untuk tampil di hadapan banyak orang, di sebuah perlombaan bergengsi yang sudah menjamin kalau kau menang kau akan menjadi Ballerina yang sesungguhnya, dan mulai tur keliling dunia bermodalkan talenta itu.
Semangat dan doa yang diberikan oleh kedua orang tuanya dan keluarga-keluarganya yang lain tidak kunjung menyulut begitu gadis remaja itu tampil di hadapan banyak orang−bahkan, beberapa Ballerina ternama.
“Setiap jerih payah akan berbuah manis.”
Tepat di hari yang bersamaan, beberapa jam setelah gadis itu tampil di hadapan banyak orang. Ia membawa pulang sebuah medal perak, piagam, dan piala yang menunjukkan bahwa gadis itu meraih juara dua dari ratusan peserta lainnya. Disanalah, ia merasa bangga, senang, puas akan kegigihannya selama bertahun-tahun. Dimana yang artinya, gadis itu akan memulai tur keliling dunianya dalam waktu beberapa minggu.
***
Semuanya berjalan begitu lancar untuk enam bulan belakangan, PM1 terus mengikuti berbagai macam perlombaan dengan kelompok Ballerinanya. Dan rasanya sudah sangat biasa untuk tinggal jauh dari kedua orang tua yang biasa memanjakan dirinya, apalagi, dalam kurung waktu dua hari ia bisa terbang ke dua Negara yang berbeda.
Disanalah titik dimana ia merasa hancur menjadi berkeping-keping, dimana ia mulai mengenal alkohol, rokok, bahkan…. Ganja. Untungnya, ia cukup pintar untuk membedakan mana yang layak untuk masuk ke dalam tubuhnya mana yang bukan. Namun tetap saja, tiga botol alkohol dan satu bungkus rokok dalam waktu dua puluh jam? Ia mulai merasa kesepian, jenuh, lelah akan pekerjaannya. Dimana ia diperintah untuk menari, menari, menari dan terus menari.
Hingga beberapa minggu kemudian, tepat ketika ia akan memulai pertunjukkannya di Russia, gadis itu merasa sangat jatuh. Ia tertangkap basah oleh pelatihnya, ia meminum tiga botol alkohol lima menit sebelum pertunjukkan tepat di belakang panggung. Dan di hari itu juga, ia dipulangkan kepada kedua orang tuanya.
Alih-alih kembali kepada kedua orang tuanya, PM1 memutuskan untuk mencari pekerjaan yang mengizinkannya meminum alkohol sepuasnya dan menghirup batang rokok sesukanya. PM1 bukanlah gadis manis yang masih diharapkan kedua orang tuanya, sama sekali bukan. Ia sudah berubah; tidak pernah menghubungi orang tuanya, bahkan… melupakan orang tuanya begitu saja.
Hingga akhirnya ia memutuskan untuk memberanikan dirinya mendaftar sebagai Production Manager di sebuah acara ternama yang akan melakukan tur keliling dunia−tidak berbeda jauh dengan aktivitas sebelumnya, bukan? Dengan tekad yang sama seperti beberapa tahun sebelumnya, ketika ia mendaftar sebagai seorang Ballerina. Kini ia mendaftarkan dirinya sebagai Production Manager. Namun bedanya, kini ia menyelipkan sedikit kebohongan, ia berdusta kepada pihak XFACTOR bahwa ia belum pernah terlibat rokok dan alkohol. Bahwa ia hanyalah seorang Ballerina yang menginginkan suasana baru dalam hidupnya.
Personality:
1. Ambisius. Terlihat jelas dalam setiap tindakan yang ia lakukan, tanpa banyak berpikir gadis itu selalu yakin dengan keputusan yang ia buat. Dan sekali ia menginginkan sesuatu, gadis itu akan melakukan apapun demi kepuasan dalam dirinya.
2. Seorang yang datar. Untuk ukuran seorang Production Manager mungkin saja PM1 adalah tipe orang yang kurang menunjukkan ekspresinya, mengingat akan kisah hidupnya yang tiba-tiba saja berubah drastis. Ia cenderung tidak begitu perhatian sekarang.
3. Selalu berkata jujur−kelewat jujur? Karena PM1 adalah tipe orang yang akan mengutarakan apapun yang ia rasakan demi kenyamanannya sendiri. Tanpa memikirkan perasaan orang lain yang mungkin saja akan berakhir sakit hati akibat ucapannya yang tajam.
4. Ia dapat meminum berbotol-botol alkohol namun tidak mabuk. Namun satu hal yang pasti, dalam botol kedua ia akan mulai kehilangan kesadaran−meskipun belum mabuk.
5. Satu hal yang paling menyebalkan tentang dirinya, ia biasa menghembuskan asap rokok pada orang-orang disekitarnya, entah apa tujuannya. Namun, hal itu adalah salah satu kesenangan untuknya.
6. Benci laki-laki. Ia memang bukan seorang penyuka sesama jenis. Namun PM1 sendiri malas berurusan dengan laki-laki. Yang mana membuatnya menjadi begitu dingin di hadapan laki-laki, siapapun orangnya.
Relationship :
Status : OPEN / CLOSED / BOOKED.