CATERING
CT1.
Code: CT1
Gender : Female
Face Claim : Marzia Bisognin
Place, DoB : Vicenza, Italy, 21st of October 1992
Age : 23
Job : Catering
Sexuality : Bisexual
Physical Appearance:
- Her nationality is Italian
- She weighs about 50kg
- She’s 1.66m
- She has slightly dark dirty blonde hair
- Her eyes is a dark shade of brown
History:
Being Italian of course made CT1’s parents love food. Her father owns a famous pizzeria in Italia whilst her mother has talent in making different kinds of drinks and marguerites. CT1 found it cool how she could taste different types of delicious restaurant quality food in her house. Her excitement also increase within her growth, clearly shown by how she always runs home from school, hyper to try out new recipes that her father made or the freshly new and improved lemonade her mother discovered.
Despite her strong palate and her eagerness on trying new things, CT1’s body had always been far too skinny compared to most kids her age.
This is caused by the highly sensitive gag reflex that she has.
It’s a struggle for her to swallow down her food; chewing it slowly and for a long time while swallowing little by little down her throat. It tires her out, decreasing her eagerness on eating in general.
Luckily, it didn’t put out her passion in cooking. Turns out CT1 is highly talented in making desserts; ranging from chocolate works, wedding cakes, cookies, pastries, and even making her very own ice cream. She rarely taste it herself, letting her parents be the one tasting everything out.
Without a second thought, CT1 took the diploma program for Pastry and Baking in Italy, finishing it with a high score of excellence; earning a proud smile from both her parents.
The high intensity of her schedule exhausted her physically, especially with the lack of food in her system. She collapsed right on the night before her graduation, throwing up continuously before falling unconscious. Her parents ran her to the hospital, sobbing and begging to the doctors for a solution of her gag reflex problem.
It turns out that her kidney is sticking and swollen, the lack of food also increasing the acidity in her stomach. They let her rest in the hospital for a few weeks, giving her the supplement she needs through vitamins transferred by an IV (Bahasa: infus).
Right after she got out of the hospital, CT1 had her own determination of reaching her own success instead of continuing her father’s pizzeria. She wanted to have her own pride, an achievement that she got by her own sweat and blood. So she applied to UXF, explaining her skills and including her sickness in order, adding a reassurance that it won’t be a problem at all for her work ethic.
They accepted her under the conditions that she needed to stay healthy during the tour and if she ever collapsed they had to let her go because it will break their contract.
Personality:
- Neat and organized (on food related only): CT1 is strict about her kitchen and utensils, including all the ingredients she uses. She only uses healthy non chemical things and never uses any food chemical while processing the food that she cooks.
- Passionate and creative: her passion is food and creating different types of unique delicious food. Her foods are usually always so eye-catching and cute childlike designs that make people immediately interested.
- Cheerful: she greets people with loud high pitched voice and always gives random hugs to people when she’s thanking someone.
- She has a highly sensitive gag reflex, which makes her skinny.
- She has to inject herself with the IV (Bahasa: infus) to help fulfill her nutrition at least 3 times a week or her body will get tired easily and collapse.
- She specializes in desserts, pastry, baking, and sweet delights including drinks.
Relationship:
Her partner in the catering department is CT2. She personally thinks he is messy, stubborn, and she doesn’t like the way CT2 treats food like it is ‘just’ food. When in reality it means so much more than that. People should cherish food more, because she knows how hard it is for some people to swallow down food or to earn food itself. She actually knows that CT2 is highly intelligent judging by his ability in memorizing recipes quickly and by the way he knows exactly what he’s doing, but his cleanliness isn’t up to her standards and she pesters him about it all the time.
1. Adrianna Michelle Rodriguez menganggap CT1 sebagai seorang teman. Sama dengan Anna, sifatnya yang organized menunjukkan tanggung jawab pada pekerjaan. Profesinya juga membuat mereka sering bekerja bersama.
2. Irina Cajska Karelova menganggumi CT1. Tepuk tangan dengan keras untuk orang semacam CT1. Irina yang memang sangat menjaga penampilannya, merasa kagum akan CT1 yang juga selalu tampil bersih dan rapih. Terlihat berkelas dan juga kreatif dalam saat yang bersamaan. Irina suka dengan orang seperti itu.
3. Dominic Vin Ostwald tidak menyukai sifat ke-bossy-an CT1. Dominic merupakan seseorang yang pemalas, maka otomatis akan terganggu dengan kepribadian CT1 yang bossy dan rajin itu. Menunjukkan ketidaksukaannya dengan membantah dan seringkali mengganggu gugat CT1 sehubungan dengan sifat Dominic yang usil.
4. Andrea Skye Johnson tidak menyukai CT1 karena saat ia berkunjukng ke ruang kerjanya, CT1 justru menceramahinya dan menyuruh-nyuruh Andrea untuk merapikan ruangan itu.
5. Adam Clarke menganggumi CT1 karena ia adalah orang yang selalu organized, dan juga, Adam adalah tipe orang yang hanya akan menganggumi seseorang dari jauh.
6. Cher Hiraoki menganggap CT1 sebagai seorang sahabat. Meski CT1 memiliki beberapa kekurangan seperi sifatnya yang sering menyuruh seseorang entah mengapa Cherlyn mengerti. Dan karena keduanya sama-sama memiliki kreativitas yang tinggi; mereka tak jarang bertukar ide dan ternyata cocok untuk berteman satu sama lain.
7. Desire Anne Perssuette merasa terganggu dengan suara tinggi CT1. Menurut Desire, CT1 merupakan seorang yang rapih dan ia menghargai hal tersebut. Namun suaranya yang cempreng kadang membuatnya kesal.
Status : OPEN / CLOSED / BOOKED.
CT2.
Code : CT2
Gender : Male
Face Claim : Mark Salling/Diego Boneta
Place, DOB : Dallas, Texas. 21 January 1991
Age : 24
Job : Catering
Sexuality : Straight
Physical Appearance :
Eye color : dark brown/black
Hair : dark brown/black
Height : 6ft. Around 183 cm
Weigh : 174 lbs. Around 79 kg
History :
Ketika mimpi bertolak belakang dengan realita, ketika salju tidak sehalus yang dibayangkan dan ketika cabai rawit yang terlihat tidak bersalah, meledak dimulut meminta pertolongan.
Hari itu merupakan hari dimana semua layaknya hancur lebur. Sang suami menampar keras istrinya, sementara laki-laki yang sedang mengalami masa pubertas itu melihat kedua orangtuanya bertengkar tidak ada habisnya.
Tangisan, teriakan, bunyi pecahan kaca memenuhi rumah yang sebelumnya dapat terbilang nyaris sempurna. Bagaimana tidak? Mari kita lakukan sedikit kilas balik ke tahun-tahun sebelumnya.
--
Laki-laki berkacamata itu memasuki sekolah menengah, kedua tangannya mengapit erat buku-buku besar sedangkan kakiya melangkah kecil-kecil di koridor sekolah dengan seorang wanita awal 30-an yang meletakan tangan kanannya di punggung sang bocah. Menenangkan.
Tatapan menjijikan kerap dilemparkan;menganggap sang bocah hanyalah kutu buku kesayangan mama. Awal yang, mengenaskan, ya? Siapa yang butuh teman jika kau memiliki IQ diatas rata-rata? Setidaknya itu yang selama ini kerap terlintas di otak cerdas milik CT2.
CT2 tumbuh menjadi pribadi cerdas yang menutup dirinya, sementara dirumah ayah dan ibunya yang melimpahkan seluruh kasih sayang. Memiliki seorang ayah yang menaungi sebuah perusahaan ternama dibeberapa negara sementara Ibu yang kerap menjadi Ibu Rumah Tangga yang baik selalu melimpahkannya akan segala sesuatu yang CT2 perlukan, entah itu kamus mahal maupun sepiring ravioli dengan saus tomat yang mengebul. Walaupun begitu, ia mandiri.
--
Kembali ke saat dimana semua hancur.
Rumah itu menjadi sunyi, hanya ada sebersit isakan dari lantai bawah. Sang suami yang kala itu dilanda stress berat telah pergi meninggalkan sang istri dan anaknya. Meninggalkan mereka tanpa banyak uang.
Rumah dan segala perabotan mewah dijual, menghasilkan hanya sedikit uang untuk persediaan hidup kedepan. Tetapi modal itu memiliki batas. Sang Ibu jadi harus bekerja banting tulang menjadi asisten rumah tangga keliling, mendapatkan perlakuan kejam dari majikan satu ke yang lainnya. Tidak jarang malah sampai hampir dilecehkan.
CT2 yang melihat akan hal itu tidak bisa diam; ia harus lekas bekerja sebelum hal-hal yang tidak diinginkan terjadi. Bekerja dari satu tempat ke tempat lain, menerima seluruh pekerjaan yang memungkinkan untuk ia kerjakan.
Seluruh kepribadiannya yang pendiam luntur, ia tumbuh menjadi berani dan sedikit liar. Tidak, tidak sedikit, banyak. Rambutnya yang dulu berpotongan rapih tumbuh tidak beraturan hingga sepanjang bahu, pubertas juga mengakibatkan kumis dan janggutnya tumbuh tidak terawat.
Malam itu merubah seluruh kehidupannya. CT2 sedang berada di bar, melayani beberapa pelanggan dengan kemampuannya meracik minuman. Ya, dia bekerja sebagai barista yang dibayar lumayan untuk sekadar membeli sesuap nasi. Seorang laki-laki paruh baya bertubuh mungil dengan kumis yang tebal duduk dihadapannya, memesan segelas bir untuk memulai malam yang bising, laki-laki itu mendorong sebuah kotak yang ketika dibuka berisi beberapa plastik yang terisi dengan bubuk putih dan beberapa pil dan mulai malam itulah CT2 bekerja untuk laki-laki dihadapannya.
Menjadi pengedar tentunya bukan hal yang mudah. Menyamar, menyelundup, berpura-pura sudah menjadi keseharian CT2 dalam menggeluti pekerjaan barunya yang menghasilkan banyak uang. Yang tadinya ia hanya dapat membelikan sang ibu nasi dengan sayur ataupun telur, kini ia dapat membelikan daging sapi segar. Kerap kali ibunya curiga akan apa yang dikerjakan oleh anaknya, tapi sang anak hanya menjawab pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan wanita paruh baya itu dengan ketenangan.
Semua berjalan sesuai rencana, hingga pada suatu hari polisi menggebrek markas bosnya. Dengan hati yang terbilang lega karna ia tidak berada disana saat kejadian, ia kabur, membawa serta Ibunya meninggalkan Texas dengan alasan dipindah tugaskan.
Tetapi realita selalu berbanding terbalik dengan mimpinya, ibunya jatuh sakit. Sakit yang memerlukan operasi sedangkan CT2 tidak dapat membiayai semua itu walaupun uang yang ia terima terbilang cukup besar. Pengobatan yang dijalani hanya berlansung sebentar, kuncinya hanya operasi, sang Ibu tak tertolong. Realita seperti kembali mencemoohnya, seperti mengatakan bahwa ia tak pantas bahagia.
CT2 pun pindah dari singgahannya, menuju New York. Dengan uang dan berkantung narkoba yang tersisa, ia menyewa apartemen kecil murah dikawasan terpencil New York. Manusia di kota tersebut cepat, tetapi tidak perduli dengan orang lain. CT2 mulai menjajakan dagangannya kembali; tetapi ketika semua habis, ia kembali menjadi barista disuatu klub ternama. Namanya telah ia ubah, rambutnya ia potong rapih dengan model yang kekinian, identitasnya telah berganti.
Malam-malam di bar pastilah berakhir dengannya dijadikan gigolo dari satu pintu ke pintu lain, apapun untuk mendapatkan uang, bukan? Keseringannya dalam melakukan kontak fisik, membuatnya kecanduan. Ia bahkan sering melakukan phonesex dengan seorang perempuan yang ia tidak pernah temui sebelumnya. Phonesex perempuan itu memang sudah terkenal, merajalela di kalangannya.
Suatu hari, ketika lagi-lagi terbangun di salah satu apartemen yang bukan miliknya, CT2 melihat sebuah lembar dicarinya katering untuk acara UXF milik Simon Cowell. Tidak bisa dipungkiri lagi, ia membutuhkan uang yang jauh lebih banyak dari yang ia terima sekarang, dan mungkin, mungkin ini bisa jadi sebuah titik belok untuk meluruskan kembali hidupnya yang hancur lebur dan bersembunyi dari bosnya yang mungkin masih mencari keberadaannya. Katering merupakan jabatan yang tidak terlalu terlihat dan tersentuh media, mungkin itu dapat membuatnya tidak terlihat.
Maka dari itu, CT2 mengapply, menjadi catering yang ia sendiri tidak terlalu mahir. Setelah beberapa tes dan uji coba, ia diterima. CT2 hanya dapat berharap, ia dapat menjadi pribadi yang lebih baik demi mendiang sang ibu.
Personality :
- Flirty, Sex Addict – Ia penggoda, wanita mana saja pun bisa ia raih dengan kedipan mata.
- Mysterious – Tidak ada yang tau benar nama aslinya, menyamar dan sangat tertutup.
- Taking a good care of someone he truly love, especially his dead Mother
- Pintar tapi licik – ada saja hal licik yang ia lakukan dalam menangani masalah. Mengerjai juga salah satu caranya untuk bersenang-senang.
- Arrogant – akibat IQ-nya yang diatas rata-rata, CT2 kerap sombong, apalagi dengan keadaan CT1 yang selalu menganggapnya remeh karena ia agak selebor dalam memasak.
- Druggies
Relationship : CT2 tidak menyukai perilaku CT1 terhadapnya karena menurutnya CT1 terlalu memerintah dan menurunkan martabat CT2 akibat CT1 kerap memberinya “edukasi” terhadap makanan.
Sering melakukan phonesex dengan HT6, tetapi keduanya tidak pernah bertatap muka sebelumnya apalagi kenal antar satu sama lain.
Status : OPEN / CLOSED / BOOKED.
Code: CT1
Gender : Female
Face Claim : Marzia Bisognin
Place, DoB : Vicenza, Italy, 21st of October 1992
Age : 23
Job : Catering
Sexuality : Bisexual
Physical Appearance:
- Her nationality is Italian
- She weighs about 50kg
- She’s 1.66m
- She has slightly dark dirty blonde hair
- Her eyes is a dark shade of brown
History:
Being Italian of course made CT1’s parents love food. Her father owns a famous pizzeria in Italia whilst her mother has talent in making different kinds of drinks and marguerites. CT1 found it cool how she could taste different types of delicious restaurant quality food in her house. Her excitement also increase within her growth, clearly shown by how she always runs home from school, hyper to try out new recipes that her father made or the freshly new and improved lemonade her mother discovered.
Despite her strong palate and her eagerness on trying new things, CT1’s body had always been far too skinny compared to most kids her age.
This is caused by the highly sensitive gag reflex that she has.
It’s a struggle for her to swallow down her food; chewing it slowly and for a long time while swallowing little by little down her throat. It tires her out, decreasing her eagerness on eating in general.
Luckily, it didn’t put out her passion in cooking. Turns out CT1 is highly talented in making desserts; ranging from chocolate works, wedding cakes, cookies, pastries, and even making her very own ice cream. She rarely taste it herself, letting her parents be the one tasting everything out.
Without a second thought, CT1 took the diploma program for Pastry and Baking in Italy, finishing it with a high score of excellence; earning a proud smile from both her parents.
The high intensity of her schedule exhausted her physically, especially with the lack of food in her system. She collapsed right on the night before her graduation, throwing up continuously before falling unconscious. Her parents ran her to the hospital, sobbing and begging to the doctors for a solution of her gag reflex problem.
It turns out that her kidney is sticking and swollen, the lack of food also increasing the acidity in her stomach. They let her rest in the hospital for a few weeks, giving her the supplement she needs through vitamins transferred by an IV (Bahasa: infus).
Right after she got out of the hospital, CT1 had her own determination of reaching her own success instead of continuing her father’s pizzeria. She wanted to have her own pride, an achievement that she got by her own sweat and blood. So she applied to UXF, explaining her skills and including her sickness in order, adding a reassurance that it won’t be a problem at all for her work ethic.
They accepted her under the conditions that she needed to stay healthy during the tour and if she ever collapsed they had to let her go because it will break their contract.
Personality:
- Neat and organized (on food related only): CT1 is strict about her kitchen and utensils, including all the ingredients she uses. She only uses healthy non chemical things and never uses any food chemical while processing the food that she cooks.
- Passionate and creative: her passion is food and creating different types of unique delicious food. Her foods are usually always so eye-catching and cute childlike designs that make people immediately interested.
- Cheerful: she greets people with loud high pitched voice and always gives random hugs to people when she’s thanking someone.
- She has a highly sensitive gag reflex, which makes her skinny.
- She has to inject herself with the IV (Bahasa: infus) to help fulfill her nutrition at least 3 times a week or her body will get tired easily and collapse.
- She specializes in desserts, pastry, baking, and sweet delights including drinks.
Relationship:
Her partner in the catering department is CT2. She personally thinks he is messy, stubborn, and she doesn’t like the way CT2 treats food like it is ‘just’ food. When in reality it means so much more than that. People should cherish food more, because she knows how hard it is for some people to swallow down food or to earn food itself. She actually knows that CT2 is highly intelligent judging by his ability in memorizing recipes quickly and by the way he knows exactly what he’s doing, but his cleanliness isn’t up to her standards and she pesters him about it all the time.
1. Adrianna Michelle Rodriguez menganggap CT1 sebagai seorang teman. Sama dengan Anna, sifatnya yang organized menunjukkan tanggung jawab pada pekerjaan. Profesinya juga membuat mereka sering bekerja bersama.
2. Irina Cajska Karelova menganggumi CT1. Tepuk tangan dengan keras untuk orang semacam CT1. Irina yang memang sangat menjaga penampilannya, merasa kagum akan CT1 yang juga selalu tampil bersih dan rapih. Terlihat berkelas dan juga kreatif dalam saat yang bersamaan. Irina suka dengan orang seperti itu.
3. Dominic Vin Ostwald tidak menyukai sifat ke-bossy-an CT1. Dominic merupakan seseorang yang pemalas, maka otomatis akan terganggu dengan kepribadian CT1 yang bossy dan rajin itu. Menunjukkan ketidaksukaannya dengan membantah dan seringkali mengganggu gugat CT1 sehubungan dengan sifat Dominic yang usil.
4. Andrea Skye Johnson tidak menyukai CT1 karena saat ia berkunjukng ke ruang kerjanya, CT1 justru menceramahinya dan menyuruh-nyuruh Andrea untuk merapikan ruangan itu.
5. Adam Clarke menganggumi CT1 karena ia adalah orang yang selalu organized, dan juga, Adam adalah tipe orang yang hanya akan menganggumi seseorang dari jauh.
6. Cher Hiraoki menganggap CT1 sebagai seorang sahabat. Meski CT1 memiliki beberapa kekurangan seperi sifatnya yang sering menyuruh seseorang entah mengapa Cherlyn mengerti. Dan karena keduanya sama-sama memiliki kreativitas yang tinggi; mereka tak jarang bertukar ide dan ternyata cocok untuk berteman satu sama lain.
7. Desire Anne Perssuette merasa terganggu dengan suara tinggi CT1. Menurut Desire, CT1 merupakan seorang yang rapih dan ia menghargai hal tersebut. Namun suaranya yang cempreng kadang membuatnya kesal.
Status : OPEN / CLOSED / BOOKED.
CT2.
Code : CT2
Gender : Male
Face Claim : Mark Salling/Diego Boneta
Place, DOB : Dallas, Texas. 21 January 1991
Age : 24
Job : Catering
Sexuality : Straight
Physical Appearance :
Eye color : dark brown/black
Hair : dark brown/black
Height : 6ft. Around 183 cm
Weigh : 174 lbs. Around 79 kg
History :
Ketika mimpi bertolak belakang dengan realita, ketika salju tidak sehalus yang dibayangkan dan ketika cabai rawit yang terlihat tidak bersalah, meledak dimulut meminta pertolongan.
Hari itu merupakan hari dimana semua layaknya hancur lebur. Sang suami menampar keras istrinya, sementara laki-laki yang sedang mengalami masa pubertas itu melihat kedua orangtuanya bertengkar tidak ada habisnya.
Tangisan, teriakan, bunyi pecahan kaca memenuhi rumah yang sebelumnya dapat terbilang nyaris sempurna. Bagaimana tidak? Mari kita lakukan sedikit kilas balik ke tahun-tahun sebelumnya.
--
Laki-laki berkacamata itu memasuki sekolah menengah, kedua tangannya mengapit erat buku-buku besar sedangkan kakiya melangkah kecil-kecil di koridor sekolah dengan seorang wanita awal 30-an yang meletakan tangan kanannya di punggung sang bocah. Menenangkan.
Tatapan menjijikan kerap dilemparkan;menganggap sang bocah hanyalah kutu buku kesayangan mama. Awal yang, mengenaskan, ya? Siapa yang butuh teman jika kau memiliki IQ diatas rata-rata? Setidaknya itu yang selama ini kerap terlintas di otak cerdas milik CT2.
CT2 tumbuh menjadi pribadi cerdas yang menutup dirinya, sementara dirumah ayah dan ibunya yang melimpahkan seluruh kasih sayang. Memiliki seorang ayah yang menaungi sebuah perusahaan ternama dibeberapa negara sementara Ibu yang kerap menjadi Ibu Rumah Tangga yang baik selalu melimpahkannya akan segala sesuatu yang CT2 perlukan, entah itu kamus mahal maupun sepiring ravioli dengan saus tomat yang mengebul. Walaupun begitu, ia mandiri.
--
Kembali ke saat dimana semua hancur.
Rumah itu menjadi sunyi, hanya ada sebersit isakan dari lantai bawah. Sang suami yang kala itu dilanda stress berat telah pergi meninggalkan sang istri dan anaknya. Meninggalkan mereka tanpa banyak uang.
Rumah dan segala perabotan mewah dijual, menghasilkan hanya sedikit uang untuk persediaan hidup kedepan. Tetapi modal itu memiliki batas. Sang Ibu jadi harus bekerja banting tulang menjadi asisten rumah tangga keliling, mendapatkan perlakuan kejam dari majikan satu ke yang lainnya. Tidak jarang malah sampai hampir dilecehkan.
CT2 yang melihat akan hal itu tidak bisa diam; ia harus lekas bekerja sebelum hal-hal yang tidak diinginkan terjadi. Bekerja dari satu tempat ke tempat lain, menerima seluruh pekerjaan yang memungkinkan untuk ia kerjakan.
Seluruh kepribadiannya yang pendiam luntur, ia tumbuh menjadi berani dan sedikit liar. Tidak, tidak sedikit, banyak. Rambutnya yang dulu berpotongan rapih tumbuh tidak beraturan hingga sepanjang bahu, pubertas juga mengakibatkan kumis dan janggutnya tumbuh tidak terawat.
Malam itu merubah seluruh kehidupannya. CT2 sedang berada di bar, melayani beberapa pelanggan dengan kemampuannya meracik minuman. Ya, dia bekerja sebagai barista yang dibayar lumayan untuk sekadar membeli sesuap nasi. Seorang laki-laki paruh baya bertubuh mungil dengan kumis yang tebal duduk dihadapannya, memesan segelas bir untuk memulai malam yang bising, laki-laki itu mendorong sebuah kotak yang ketika dibuka berisi beberapa plastik yang terisi dengan bubuk putih dan beberapa pil dan mulai malam itulah CT2 bekerja untuk laki-laki dihadapannya.
Menjadi pengedar tentunya bukan hal yang mudah. Menyamar, menyelundup, berpura-pura sudah menjadi keseharian CT2 dalam menggeluti pekerjaan barunya yang menghasilkan banyak uang. Yang tadinya ia hanya dapat membelikan sang ibu nasi dengan sayur ataupun telur, kini ia dapat membelikan daging sapi segar. Kerap kali ibunya curiga akan apa yang dikerjakan oleh anaknya, tapi sang anak hanya menjawab pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan wanita paruh baya itu dengan ketenangan.
Semua berjalan sesuai rencana, hingga pada suatu hari polisi menggebrek markas bosnya. Dengan hati yang terbilang lega karna ia tidak berada disana saat kejadian, ia kabur, membawa serta Ibunya meninggalkan Texas dengan alasan dipindah tugaskan.
Tetapi realita selalu berbanding terbalik dengan mimpinya, ibunya jatuh sakit. Sakit yang memerlukan operasi sedangkan CT2 tidak dapat membiayai semua itu walaupun uang yang ia terima terbilang cukup besar. Pengobatan yang dijalani hanya berlansung sebentar, kuncinya hanya operasi, sang Ibu tak tertolong. Realita seperti kembali mencemoohnya, seperti mengatakan bahwa ia tak pantas bahagia.
CT2 pun pindah dari singgahannya, menuju New York. Dengan uang dan berkantung narkoba yang tersisa, ia menyewa apartemen kecil murah dikawasan terpencil New York. Manusia di kota tersebut cepat, tetapi tidak perduli dengan orang lain. CT2 mulai menjajakan dagangannya kembali; tetapi ketika semua habis, ia kembali menjadi barista disuatu klub ternama. Namanya telah ia ubah, rambutnya ia potong rapih dengan model yang kekinian, identitasnya telah berganti.
Malam-malam di bar pastilah berakhir dengannya dijadikan gigolo dari satu pintu ke pintu lain, apapun untuk mendapatkan uang, bukan? Keseringannya dalam melakukan kontak fisik, membuatnya kecanduan. Ia bahkan sering melakukan phonesex dengan seorang perempuan yang ia tidak pernah temui sebelumnya. Phonesex perempuan itu memang sudah terkenal, merajalela di kalangannya.
Suatu hari, ketika lagi-lagi terbangun di salah satu apartemen yang bukan miliknya, CT2 melihat sebuah lembar dicarinya katering untuk acara UXF milik Simon Cowell. Tidak bisa dipungkiri lagi, ia membutuhkan uang yang jauh lebih banyak dari yang ia terima sekarang, dan mungkin, mungkin ini bisa jadi sebuah titik belok untuk meluruskan kembali hidupnya yang hancur lebur dan bersembunyi dari bosnya yang mungkin masih mencari keberadaannya. Katering merupakan jabatan yang tidak terlalu terlihat dan tersentuh media, mungkin itu dapat membuatnya tidak terlihat.
Maka dari itu, CT2 mengapply, menjadi catering yang ia sendiri tidak terlalu mahir. Setelah beberapa tes dan uji coba, ia diterima. CT2 hanya dapat berharap, ia dapat menjadi pribadi yang lebih baik demi mendiang sang ibu.
Personality :
- Flirty, Sex Addict – Ia penggoda, wanita mana saja pun bisa ia raih dengan kedipan mata.
- Mysterious – Tidak ada yang tau benar nama aslinya, menyamar dan sangat tertutup.
- Taking a good care of someone he truly love, especially his dead Mother
- Pintar tapi licik – ada saja hal licik yang ia lakukan dalam menangani masalah. Mengerjai juga salah satu caranya untuk bersenang-senang.
- Arrogant – akibat IQ-nya yang diatas rata-rata, CT2 kerap sombong, apalagi dengan keadaan CT1 yang selalu menganggapnya remeh karena ia agak selebor dalam memasak.
- Druggies
Relationship : CT2 tidak menyukai perilaku CT1 terhadapnya karena menurutnya CT1 terlalu memerintah dan menurunkan martabat CT2 akibat CT1 kerap memberinya “edukasi” terhadap makanan.
Sering melakukan phonesex dengan HT6, tetapi keduanya tidak pernah bertatap muka sebelumnya apalagi kenal antar satu sama lain.
Status : OPEN / CLOSED / BOOKED.